Jakarta, Aktual.com – Pasca perombakan kabinet, Anggota Komisi I DPR RI Sukamta mengatakan perbaikan ada di tangan presiden. Terlebih optimisme, terkait tim ekonomi yang harus menangani perekonomian yang semakin memburuk.
“Kini tugas berat berada di pundak bapak presiden, apakah pesimisme pasar dan faktor tekanan eksternal oleh yuan tiongkok dan dollar Amerika mampu diatasi dengan baik ditengah hasil reshuffle tim ekonomi yang baru, namun sejujurnya hingga kini masih diragukan kapabilitas dan kesolidannya termasuk kejelasan agenda kerja yang dibawanya” ujar Sukamta di DPR, Rabu (19/8).
Sukamta menyebutkan pada pidato presiden dalam penyampaian Nota Keuangan 2016 di sidang tahunan kemarin, terlihat cukup optimistis bahwa pada tahun depan ekonomi Indonesia akan lebih baik.
Namun, menurutnya, hal ini kurang disertakam dengan penyampaian program dan rencana jangka pendek yang mampu meredam kepanikan pasar dan stabilisasi ekonomi nasional.
“Sektor saham dibuka melemah semuanya, termasuk postur anggaran yang berpeluang membawa deficit yang semakin besar, utang negara yang semakin besar, kemungkinan inflasi yang masih tinggi dibuktikan dengan harga beberapa bahan pokok yang melambung tinggi dalam dua hari ini, maka sangat sulit mengharapkan rupiah menguat. Apalagi dengan faktor eksternal yang masih kuat, bisa saja kurs rupiah terjerembab semakin dalam, bahkan bisa jauh dari asumsi yang dibuat, program penyelamatan ekonomi nasional masih buram”, jelasnya
Oleh karena itu, Politisi PKS ni mengingatkan pemerintah agar setiap tindakan yang dilakukan oleh Presiden, wapres maupun para pembantunya dapat secara konkret menyelesaikan program mendasar termasuk RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan dan program-program yang konstruktif dan solid.
“Tantangan saat ini adalah mulai munculnya keraguan sebagian besar publik, bahkan pelaku bisnis mulai ragu untuk berinvestasi. Asumsi dan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah saat ini baru direspon sekedar sebagai “janji” atau lips service, dengan kemungkinan kecil untuk tercapai, boleh dikata gayung pun belum tentu bersambut. “ ungkapnya
Sukamta menambahkan kondisi rupiah yang mulai ‘mencekam’ memang menjadi sorotan, karena mengalami penurunan yang terparah dan menyentuh level terburuk sejak krismon.
Maka dari itu, lanjutnya, pemerintahan Jokowi perlu segera berlari mengejar segala ketinggalan. Bila asumsi kurs terlalu jauh dari kenyataan, maka anggaran yang direncanakan bisa tidak realistis dan kemungkinannya akan berubah total.
“Nampaknya pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan pergantian menteri dan tim ekonomi, namun tanpa membuat desain penyelamatan ekonomi nasional yang lebih konkret dan jelas, saat ini pemerintah mulai terlihat rapuh, rakyat sudah mulai gelisah menunggu, para pelaku ekonomi harap-harap cemas” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: