Dua orang melepas tiang bendera di lokasi permukiman warga eks-Gafatar yang dibakar massa di kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/kye/16

Pontianak, Aktual.com – Eks Gafatar asal Cilcap, Jawa Tengah, Wasito (41), mengaku masih trauma dengan kejadian pada Selasa (19/1), dimana barak mereka yang berada di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Mempawah, Kalimantan Barat, dibakar oleh massa.

“Selama ini kami bisa hidup rukun, dengan warga setempat, sehingga kami bingung tiba-tiba ada masalah dan tiba-tiba sudah diberikan batas waktu harus meninggalkan Desa Pasir yang dia tempati selama tiga bulan tersebut,” ujarnya saat ditemui di penampungan yang berlokasi di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (20/1).

Menurut dia, dirinya dan rekan-rekannya dulunya memang pernah ikut organisasi Gafatar, tetapi sekarang tidak lagi. “Sehingga kami tidak mengerti tiba-tiba ada masalah seperti ini. Tadinya mau mengembangkan keramba ikan nila, tetapi keburu ada masalah seperti ini,” kata Wasito yang enggan dipulangkan ke daerah asal, karena harta bendanya sudah dijual untuk modal pindah ke Kalbar.

Sebelumnya, Bupati Mempawah Ria Norsan mengatakan seusai rapat koordinasi pihaknya sepakat untuk mengevakuasi eks Gafatar itu untuk meninggalkan Mempawah.

“Mereka sudah bersedia kita evakuasi dan dikembalikan ke daerah asal. Evakuasi dilakukan dengan menggunakan sejumlah armada yang sudah disiapkan dan selanjutnya akan dibawa ke Pontianak,” ujar Ria Norsan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara