Jakarta, Aktual.co — Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rencananya akan dilakukan oleh presiden terpilih Jokowi-JK hingga saat ini belum ditentukan kapan waktunya dan berapa kenaikannya. Namun, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution dan ekonom dari Unika Atmajaya, Agustinus Prasetyantoko menyarankan agar kenaikan BBM subsidi tidak signifikan.
“Kalau BBM naik itu dampaknya tidak terlihat di neraca pembayaran kita, karena dilakukan di akhir tahun. Untuk melakukan perubahan besar-besaran perlu regulasi yang signifikan,” ujar Agustinus Prasetyantoko di Jakarta, Kamis (16/10).
Selain itu, menurut Darmin ada beberapa pertimbangan yang harus dikaji lebih jauh mengenai kenaikkan harga subsidi BBM. Kebijakan pertama yaitu menambah kebijakan APBN dan yang kedua harus ada periode passing out.
“Harus ada periode passing out yang dirancang dengan baik, total transaksi berjalan juga dilakukan bertahap,” ujar Darmin.
Lebih lanjut, saat ditanya mengenai persentase kenaikan BBM Darmin mengatakan total kenaikannya bisa mencapai 85 persen dari harga BBM saat ini, namun jika dilakukan secara bertahap sekitar 20-25 persen.
“Jangan sampai lebih dari itu lah persentasenya, dampaknya bisa ke pertumbuhan ekonomi yang melemah lagi,” pungkas Darmin.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka