Jakarta, Aktual.co — Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena data pekerjaan positif negara itu mengangkat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun.
Bank sentral AS telah mempertahankan suku mendekati nol selama hampir tujuh tahun untuk meningkatkan perekonomiannya yang lesu. Laporan penggajian non pertanian pada Jumat lalu, datang lebih baik dari yang diharapkan dan menunjukkan pemulihan di pasar tenaga kerja.
Richard Fisher, Presiden Federal Reserve Dallas, mengatakan pada Senin bahwa Fed harus mulai menaikkan sukunya sebelum ekonomi mencapai “full employment” untuk menghindari timbulnya resesi.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,32 persen menjadi 94,559 pada akhir perdagangan, tingkat tertinggi sejak September 2003. Sementara itu, euro merosot ke terendah 12-tahun terhadap dolar AS di tengah dimulainya program pelonggaran kuantitatif baru oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan meningkatnya kekhawatiran atas masalah utang Yunani.
Pada akhir perdagangan di New York, euro turun menjadi 1,0699 dolar dari 1,0858 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,5073 dolar dari 1,5131 dolar. Dolar Australia turun tipis ke 0,7617 dolar dari 0,7713 dolar. Dolar AS dibeli 121,10 yen Jepang, lebih rendah dari 121,18 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik ke 0,9988 franc Swiss dari 0,9849 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2672 dolar Kanada dari 1,2591 dolar Kanada.
Sementara itu Indeks Dow membuang lebih dari 330 poin pada Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah kekhawatiran baru tentang kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS. Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 332,78 poin (1,85 persen) menjadi ditutup pada 17.662,94.
Indeks berbasis luas S&P 500 turun 35,27 poin (1,70 persen) menjadi berakhir di 2.044,16, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 82,64 poin (1,67 persen) menjadi 4.859,80.
Dolar didorong ke tertinggi multi-tahun terhadap euro dan yen di tengah harapan tinggi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga mendekati nol lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya, setelah laporan pekerjaan AS untuk Februari menguat pada Jumat lalu.
Jason Furman, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyoroti hambatan pada eksportir AS akibat greenback yang kuat dalam konferensi bisnis di Washington. “Laporan pekerjaan pada Jumat membangunkan pengingat bahwa suku bunga tinggi kemungkinan datang lebih awal daripada yang diperkirakan dan mereka tidak akan diterima baik oleh pasar modal,” kata Michael James, direktur perdagangan ekuitas Wedbush Securities.
Aksi jual cukup luas, namun bank-bank besar lebih menderita daripada sebagian besar sektor lainnya. Anggota Dow, JPMorgan Chase, kehilangan 2,5 persen, sementara Citigroup anjlok 3,3 persen. Satu hari setelah meluncurkan smartwatch-nya, teknologi kelas berat Apple jatuh 2,0 persen. Saham teknologi lainnya juga turun, termasuk Google merosot 2,2 persen dan Facebook berkurang 2,4 persen. Komponen Dow, Chevron, turun 1,0 persen karena mengumumkan rencana untuk melakukan divestasi aset 15 miliar dolar AS hingga 2017, naik dari target sebelumnya 10 miliar dolar AS.
Pengecer pakaian berorientasi kalangan muda Urban Outfitters menjadi paling menonjol, melompat 11,5 persen setelah melaporkan bahwa penjualan kuartal keempatnya naik enam persen. Laba bersih turun 9,5 persen menjadi 80,3 juta dolar AS. Pembuat chip Qualcomm turun 1,1 persen sekalipun setelah mengumumkan akan meluncurkan program pembelian kembali saham sebesar 15 miliar dolar AS dan menaikkan dividennya sebesar 15 persen.
Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun menjadi 2,13 persen dari 2,19 persen, sedangkan pada obligasi 30-tahun turun menjadi 2,73 persen dari 2,80 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak berlawanan arah.
Artikel ini ditulis oleh: