Jakarta, Aktual.com – Satuan Kegiatan Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui, iklim investasi Migas di Indonesia, khususnya kegiatan eksplorasi dalam beberapa tahun terakhir masih rendah.

“Eksplorasi tiga tahun terakhir menurun tajam. Jadi (minat investor) masih rendah, ” kata Pengawas Internal SKK Migas, Taslim Z. Yunus dalam Sarasehan Editor Media 2017 dan Kunjungan Lapangan di Bojonegoro, Sabtu (19/8).

Menurut Taslim, pada tahun ini investor Migas hanya akan mengebor sumur untuk mencari potensi minyak dan gas baru hanya 32 sumur.

“Padahal sebelum 2014, paling tidak per tahun mencapai 100 sumur atau titik eksplorasi,” kata Taslim.

Taslim menyebut, penyebab utama hal itu adalah rendahnya harga minyak mentah dunia yang saat ini berkisar di bawah 50 dolar AS per barel.

“Dalam situasi seperti ini, hanya investor yang punya duit atau yang punya dana dari laba yang ditahan yang akan mampu melakukan eksplorasi,” katanya.

Oleh karena itu, kata Taslim, pihaknya akan melakukan sejumlah upaya untuk meyakinkan para investor di sektor Migas, antara lain pendekatan secara personal (one on one).

“Pekan depan, setidaknya 10 investor pemilik wilayah kerja akan kita dekati,” katanya.

Ia juga menambahkan, berinvestasi di sektor ini di Indonesia masih menjanjikan profit (margin) meski harga minyak mentah sekitar 50 dolar AS per barel.

“Masih ada marginnya karena rata-rata biaya produksi per barel minyak di Indonesia itu 18 dolar AS. Bahkan beberapa pemilik lapangan di Indonesia ada yang di bawah 10 dolar AS, ” katanya.

Tiga pemain Taskim juga menyampaikan, pemerintah melalui SKK Migas berusaha menjaga agar produksi minyak oleh tiga pemain utama di Indonesia tetap terjaga.

“Mereka ini Chevron, Exxon Mobile Indonesia dan Pertamina. Ketiganya punya kontribusi hingga 75 persen dari total produksi Migas kita,” katanya.

Data SKK Migas menyebutkan pada tiga bulan pertama 2017, produksi minyak nasional 815,6 ribu barel per hari atau lebih besar 0,07 persen dibanding target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 815 ribu barel per hari.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: