Jakarta, Aktual.com — Rendahnya harga komoditas batubara saat ini berefek pada penurunan secara drastis produksi batubara di tanah air. Pasalnya, dengan harga yang tidak ekonomis saat ini para pelaku usaha di sektor pertambangan batubara mengurangi kegiatan eksplorasinya.

“Sektor industri batubara sejak tahun 2012 menghadapi tantangan yang serius karena stagnasi dalam permintaan batubara, dan terjadinya kelebihan pasokan batubara yang disebabkan pelemahan perekonomian,” ujar Chairman Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Pandu P Sjahrir di Jakarta, Senin (7/3).

Pandu memaparkan, melalui kajian dan studi yang dilakukannya dengan menggandeng konsultan bereputasi internasional, PwC Indonesia untuk mengkaji ketersediaan pasokan batubara, khususnya untuk mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan permasalahan dalam aspek pendanaan dalam rangka pengembangan program kelistrikan nasional.
Kajian dilakukan dengan metodologi survei yang melibatkan 25 perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menghasilkan beberapa temuan penting.

“Hasil survei mengindikasikan kemungkinan cadangan batubara nasional dengan mengacu pada harga komoditas saat ini tidak cukup untuk memasok 20 GW PLT program kelistrikan nasional 35 GW selama masa 25 – 30 tahun dengan asumsi rata-rata usia pembangkit berbasis batubara,” papar Pandu.

Dari hasil kajian yang dilakukannya, Pandu juga menyebut Earnings Before Interest, Tax, Deprecition & Amortization (EBITDA), emiten batubara turun 60 persen dari USD 6,5 miliar di tahun 2011 menjadi USD 2,6 miliar di tahun 2014. Berdasarkan informasi keuangan yang tersedia, EBITDA emiten batubara juga turun sekitar 16 persen di tahun 2015.

Belanja modal (capital expenditure) juga turun sekitar 79 persen sejak 2012 dari USD 1,9 miliar menjadi USD 0,4 miliar di tahun 2015 dan hasil survei mengindikasikan penurunan ini akan berlanjut sekitar 10 – 20 persen di tahun 2016.

“Dengan demikian, eksplorasi untuk menemukan cadangan baru batubara relatif terhenti,” katanya.

Dengan kondisi tersebut, APBI memprediksi cadangan batubara saat ini akan habis sekitar 20-25 tahun kedepan.

“Proyeksi awal mengindikasikan bahwa cadangan batubara kita akan habis di tahun 2033-2036,” ucapnya.

Hal ini, lanjut Pandu, kurang dari 20 tahun umur manfaat PLT yang termasuk dalam program kelistrikan nasional 35 GW yang pada umumnya sekitar 25-30 tahun sejak beroperasi komersial.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka