Sebelumya, Indikator Politik Indonesia dalam rilis surveinya pada 11 Oktober lalu juga menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi hanya mencapai 47,3%. Sementara itu, elektabilitas Jokowi memiliki raihan yang lebih baik dalam survei versi CSIS, yang mencapai 50,9%.
Lebih lanjut, Zuhro juga menyatakan bahwa kondisi politik saat ini sangat jauh berbeda dengan pada saat Pilpres 2014 lalu. Turunnya elektabilitas Jokowi yang tergambarkan oleh survei PolMark ataupun CSIS dan Indikator, mencerminkan gambaran seutuhnya bahwa masyarakat menginginkan adanya sosok baru untuk memimpin Indonesia.
“Jadi masih jauh untuk ke sana (Pilpres 2019). Kalau Pak Jokowi memang on the top, menurut saya memang tidak mengherankan karena memang enggak ada calon lainnya kok,” tegasnya.
CEO PolMark Indonesia, Eep Saifulloh Fatah mengatakan pesaing terdekat Jokowi masih tempati Prabowo Subianto dengan tingkat elektabilitas 21,1 persen. Eep menjelaskan, dari tingkat elektabilitas Jokowi, baru hanya 26,6 persen yang mengaku mantap untuk memilih kembali Jokowi di tahun 2019 mendatang. Sedangkan Prabowo mengantongi kemantapan pemilih di angka 11,6 persen suara.
Survei Polmar dilakukan pada 9-20 September 2017 tersebut melibatkan 2.250 rsponden yang dilakukan pada WNI yang berdomisili di Indonesia. Metode survei menggunakan Mulitistage random sampling dengan margin of error +- 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
(Reporter: Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Eka