“Bisa sampai wartawan, wartawan secara profesi sudah tidak punya lagi public ethic. Kemudian advokat yang membabi buta membela klien. Rumah sakit dengan mudahnya kita mendelegasikan keinginan kita dengan rekomendasi dokter dan sebagainya,” terangnya.

Ia sendiri mengaku jika saat ini elite Partai Golkar sudah sangat kesulitan untuk berkomunikasi dengan Ketua Umumnya yang telah menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP, Setya Novanto.
Meskipun tugas ketua umum bisa diambil oleh ketua harian dan sekretaris jenderal, tapi ia menyatakan jika absennya Setnov telah merusak sistem keorganisasian partai tersebut.
Oleh karenanya, tak menutup kemungkinan kepemimpinan Novanto akan dievaluasi. Sebab, Golkar juga harus memikirkan market sharenya, dalam hal ini konstituen partai.
“Saya kira jalan yang paling baik untuk semuanya adalah mencari alternatif seperti apa yang diusulkan Pak Jusuf Kalla, Pak Ginanjar Kartasasmita, Dedi Mulyadi yang menyampaikan perlu ada penyelamatan partai,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan