Jakarta, Aktual.com — Dr Togu Manurung dari Forest Watch Indonesia, mengatakan, bahwa masyarakat yang terpapar asap dari dampak kebakaran hutan dan lahan di wilayah pulau Sumatra dan Kalimantan, sudah lebih dari 120 hari.
Karena akar masalahnya belum diselesaikan dengan baik, menurut Togu, membutuhkan waktu penanganan secara komprehensif.
“Ini tentunya mempermalukan kita secara gamblang,” demikian kata Togu Manurung, kepada Aktual.com, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (13/10).
Togu menerangkan, bahwa ada empat akar masalah dalam kebakaran hutan di Indonesia. Yang pertama, dari sisi pengelolaan hutan yang sejauh ini masih jauh diharapkan.
Kedua yaitu, praktek pembakaran yang dilakukan oleh warga secara sengaja. Ketiga, supremasi penegakan hukum yang masih lemah. Dan terakhir, pemerintah yang dipimpin oleh Jokowi-JK bertindak lalai.
Ia mengatakan, hutan alam tropika basah di Tanah Air secara alamiah sebenarnya tidak mudah terbakar.
“Kecuali ada faktor ekstrim seperti musim kering berkepanjangan tapi secara umum tidak mudah terbakar,” kata ia.
“Sumber daya di Indonesia ini sudah mengalami kerusakan yang ‘massive’. Hasilnya adalah babak belurlah wajah hutan kita ini,” katanya lagi.
Dia merencanakan, aksi ke depan terkait dengan kebakaran hutan yaitu, peran serta masyarakat, menekankan terhadap aspek monitoring beserta pencegahannya.
Kemudian, tambahnya, investasi terhadap peralatan yang dibutuhkan oleh pemadaman dan sumber daya manusia yang profesional juga harus dipersiapkan serta ditingkatkan.
“Bahwa praktis, tidak ada hal baru terhadap kebakaran hutan dan lahan. Peranan pemerintah menurut saya yang utama,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: