Jakarta, Aktual.com — Ekspor Indonesia terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia bulan Mei 2015 mencapai USD12,56 miliar atau penurunan sebesar 4,11 persen.

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengatakan terdapat beberapa komoditi Indonesia, selain Crude Palm Oil (CPO) yang potensial untuk dijadikan ekspor. Diantaranya yaitu, mebel dan kerajinan tangan.

“Vietnam bisa USD5,1 miliar, Indonesia yang besar hanya USD1,7 miliar, kalau tahun depan kita naik itu masih belum mencapai pencapaian Vietnam. Minuman dan tekstil juga potensial untuk dijadikan ekspor Indonesia ke depannya,” ujar Rachmat di kantor Kementerian Perdaganganan Jakarta, Selasa (16/6).

Menurut Rachmat, untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia perlu dilakukan dialog bilateral dengan beberapa negara dalam hal investasi dan perdagangan. Selain itu, kata dia, juga diperlukan diversifikasi produk, agar memiliki nilai jual yang tinggi.

“Saya lihat memang kita harus aktif melakukan dialog dan membuka kerja sama antara Indonesia dengan Swiss dan yang lain, ini harus dikembangkan. Kita masih banyak peluang dan akan kami garap ke depan, dengan Iran juga begitu. Ini juga akan kami garap ke depan,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Nus Nuzulia Ishak menyebutkan empat komoditi Indonesia yang potensial untuk ekspor. Keempat produk tersebut yaitu perhiasan, besi dan baja, kendaraan dan otomotif, serta bahan kimia organik.

“Untuk perhiasan itu tujuan utamanya Swiss, Singapura, Taiwan, India, dan Jepang. Untuk besi dan baja tujuannya Korea, Tiongkok, Taiwan, dan Thailand. Jadi keempat komoditi tersebut sangat potensial,” pungkas Nus.

Secara kumulatif, nilai ekspor nonmigas Indonesia Januari-Mei 2014 mencapai USD64,72 atau menurun 11,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Demikian juga ekspor nonmigas yang mencapai USD56,19 miliar atau turun 7,15 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka