Jakarta, Aktual.co —Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan epilepsi pada anak antara lain, gangguan perkembangan otak yang dapat terjadi sebelum lahir atau saat dalam kandungan. Oleh karena itu, ‘antenatal care’ seperti gizi pada masa kehamilan sangat penting untuk diperhatikan.

Manifestasi klinis epilepsi pada anak dapat bersifat aktif seperti kaku di seluruh tubuh, ekstremitas bergerak-gerak ritmik beraturan atau anak tampak mengecap-ngecapkan mulutnya.

Serangan lain dapat pula bersifat negatif seperti anak tiba-tiba lemas seluruh tubuhnya atau aktivitas anak tiba-tiba berhenti kemudian anak tampak bengong.

Jadi, bila ada gerakan anak yang tidak seperti biasanya dan berulang maka kita harus curiga bahwa anak tersebut mengalami serangan epilepsi. Serangan dapat berupa epilepsi fokal apabila serangan mengenai satu sisi badan, kepala atau mata berpaling ke satu arah.

Serangan pada epilepsi umum berupa gerakan seluruh tubuh sisi kiri-kanan seperti kaku, klonjotan atau lemas.

“Jadi tidak benar bahwa anak yang mengalami serangan epilepsi mulutnya berbusa, apalagi ada anggapan bahwa air liur pasien epilepsi dapat menularkan penyakit epilepsi,” terang DR. Dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K), Neurolog Anak RSCM, di Jakarta, Kamis (29/1).

Untuk diketahui, epilepsi merupakan penyakit menahun atau seumur hidup, maka obat yang dipakai pun bukan untuk menghilangkan epilepsi tersebut, tetapi obat tersebut menetralkan kejangan saat kambuh.  

Kami sarankan, Anda selalu pastikan ketersediaan obat penghenti kejang karena serangan epilepsi dapat terjadi sewaktu-waktu.

Pertolongan pertama kepada anak yang menderita epilepsi yang kambuh kejangannya, Anda bisa melonggarkan bajunya, lalu miringkan badannya. Kemudian, jangan biarkan anak terlentang karena penderita akan muntab saat kejang, begitupun pada orang dewasa. Lalu berikanlah obat anti kejang dan biarkan anak tidur beristirahat.

Artikel ini ditulis oleh: