Jakarta, Aktual.co — Terus melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap US Dollar makin menunjukan bahwa pasar uang internasional masih ragu dengan langkah dan kebijakan Jokowi dalam perbaikan ekonomi Indonesia.
“Seharusnya dengan dihapuskannya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Jokowi serta jatuhnya harga minyak dunia secara matematik ekonomi Indonesia justru akan memperkuat niliai rupiah terhadap US dollar. Pasalnya impor minyak mentah maupun BBM merupakan kegiatan yang paling banyak menyedot US dollar,” ujar Ketua Umum FSP BUMN Bersatu, Arief Poyuono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (17/12).
Menurutnya, jika rupiah terus melemah hingga awal tahun 2015 maka akan berdampak nilai suku bunga kredit yang meningkat dan kinerja perbankan nasional bakal menurun, potensi kredit macet bakal meningkat. Melemahnya nilai kurs rupiah terhadap US dollar juga akan berdampak pada obligasi dan pinjaman luar negeri jangka pendek.
“BUMN yang tidak menjalankan hedging dipastikan akan kesulitan liquiditas. Akhirnya kebijakan yang diambil adalah melepas saham kepemilikan negara untuk menalangi utang atau mengkonversi utang obligasi menjadi pengurangan saham pemerintah di BUMN,” terangnya.
Untuk diketahui, pada awal Joko Widodo maju menjadi Calon Presiden, Jumat (14/3) Analis Mandiri Investa Kiswoyo Adijo menilai efek Jokowi menjadi calon Presiden RI, berdampak pada nilai mata uang Rupiah terhadap dollar AS. Kiswoyo memprediksi rupiah akan menguat dari Rp11.500 sampai 10.500 sampai akhir tahun.
Sedangkan Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan rupiah masih mengalami gejolak pada semester I tahun ini. Akan tetapi, nilai tukar akan kembali menguat pada paruh kedua 2014 setelah pemilu. Indonesia membutuhkan presiden baru yang memiliki kepemimpinan bagus, untuk meyakinkan investor masuk ke Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka