Jakarta, Aktual.co —Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding negara-negara Barat hipokrit atau munafik dalam menyikapi serangan teror di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi di Paris, Perancis. Erdogan menilai negara-negara Barat sama sekali tidak memberikan respon apapun terhadap kekerasan anti-Islam yang menyebar di Eropa usai peristiwa di Paris.

Di sisi lain, Erdogan juga mengecam kehadiran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam parade solidaritas di Perancis, Minggu (11/1), bersama sejumlah pemimpin negara lainnya. “Bagaimana mungkin seorang pria yang membunuh 2.500 orang di Gaza dapat mengikuti aksi damai di Paris? Bagaimana mungkin dia memberanikan diri ke sana?” kata Erdogan. “Anda harus mengingat anak-anak dan perempuan yang anda bunuh,” tambahnya.

Erdogan terkenal kritis atas kebijakan Netanyahu menyerang Jalur Gaza pada pertengahan tahun lalu meski negaranya punya hubungan dagang yang kuat dengan Israel. Di bawah kepemimpinan Netanyahu, Israel menyerang Gaza sebanyak dua kali—pertama pada November 2012 dan kedua pada Juli-Agustus 2014. Menurut data PBB, 174 warga Palestina tewas dalam agresi tahun 2012. Sementara pada musim panas tahun lalu, jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 2.100 orang, dan kebanyakan adalah warga sipil, di antaranya anak-anak dan perempuan.

Erdogan sendiri tidak menghadiri parade di Paris. Turki pada saat itu diwakili Perdana Menteri Ahmet Davutoglu. “Kemunafikan Barat sangat jelas. Sebagai Muslim, kami tidak pernah ambil bagian dalam pembunuhan massal. Di belakang semua ini ada rasisme, kebencian, dan Islamophobia. Pemerintahan di negara-negara itu harus segera bertindak atas serangan terhadap masjid-masjid kami di sana,” kata Erdogan.

Sejumlah masjid di Prancis, Jerman, dan Swedia menjadi sasaran vandalisme pasca-serangan Paris dan Turki menilai hal itu merupakan tanda tumbuhnya sentimen anti-Islam di Eropa. Erdogan secara implisit menyalahkan pihak keamanan Perancis atas serangan terhadap majalah Charlie Hebdo dan minimarket yang menewaskan 17 orang itu karena para terduga pelaku baru saja keluar dari penjara.

“Warga Perancis melakukan pembunuhan massal dan Muslim harus membayar harganya… Apakah badan intelejen di negara itu tidak melacak mereka yang baru saja keluar dari penjara?” katanya. Mengenai masalah imigran, Erdogan menuduh Barat terjangkit Islamophobia karena tidak mau menampung pengungsi dari Suriah sementara Turki harus mengurus lebih dari 1,6 juta pelarian perang dari negara itu.