Kepada lembaga penyalur, Henry juga menegaskan untuk dapat mendistribusikan BBM kepada masyarakat dengan baik.
“Pemilik SPBU jangan tergiur dengan pendapatan yang lebih besar, sehingga jatuhnya bukan kepada masyarakat, tapi jatuhnya ke pengecer. Kata kuncinya ini untuk kita semua, manfaatnya juga untuk semua,” tandasnya.
Bupati Nias Barat, Faduhusi Daely mengucapkan terima kasih atas perhatian Pemerintah Pusat kepada wilayah yang dipimpinnya, mengingat sejak berdirinya Kabupaten Nias Barat 8 tahun lalu, belum ada SPBU yang berdiri di Ibu Kota Kabupaten Nias Barat.
“Kerinduan kami selama ini, sejak Kabupaten ini lahir 8 tahun yang lalu terobati. Selama ini kami hanya menjumpai pengecer,” ungkap Faduhusi.
Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan dan 105 desa dengan penduduk berjumlah sekitar 92 ribu jiwa. Beridirinya SPBU Kompak Lahomi diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan BBM dengan harga yang berlaku secara Nasional.
“Bayangkan kalau kami ke Gunung Sitoli, dua jam perjalanan Pak. Kami harus cari-cari dulu itu (BBM). Program BBM Satu Harga ini luar biasa. Masyarakat kami hidup dari pertanian dan perikanan. Di sini tidak ada perusahaan, tidak ada pabrik. SPBU ini jadi ciri khas gambaran Ibu Kota Kabupaten, tadinya di sini tidak ada apa-apa,” terangnya.
SPBU Kompak Lahomi memiliki 2 tangki pendam dengan kapasitas masing-masing 15 kilo liter (kl) Premium dan 15 kl Biosolar. Pasokan BBM untuk SPBU ini berasal dari Terminal BBM Gunung Sitoli yang berjarak sekitar 58 kilo dari SPBU Kompak Lahomi.
Sebagaimana diketahui, sesuai roadmap yang disusun, hingga tahun 2019, direncanakan akan terbangun 150 lembaga penyalur di 148 wilayah, dengan perincian 54 lembaga penyalur didirikan tahun 2017, 50 lembaga penyalur tahun 2018 sedangkan tahun 2019 dibangun 46 lembaga penyalur.
(Reporter: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka