Sejumlah pekerja asal Turki memonitoring mesin listrik yang berada di dalam kapal pembangkit listrik saat kegiatan pengenalan kapal listrik kepada wartawan di Pelabuhan Bolok Kupang, NTT, Senin (29/5). PT. Karpowership Indonesia mengajak belasan wartawan meninjau kapal listrik Karadeniz Powership Gokhan Bey dalam rangka memperkenalkan aktivitas proses distribusi aliran listrik dari kapal tersebut ke seluruh pulau Timor .ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/pd/17

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah terus mendorong pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan yang berbasis energi baru dan terbarukan seperti tenaga air dan biomassa untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor energi.

“Saat ini bauran energi pembangkit listrik memang masih didominasi batubara yang boros emisi GRK (Gas Rumah Kaca),” kata Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Munir Ahmad, Rabu (15/8).

Ia yang berbicara di diskusi Pojok Iklim di Jakarta itu, mengatakan bauran energi pembangkitan listrik pada 2017 tercatat kontribusi EBT (Energi Baru dan Terbarukan) sebesar 12,52 persen.

Dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027, kontribusi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik ditarget naik mencapai 23 persen pada 2025.

Menurut Munir, PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), khususnya yang bertipe “peaker” bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan meminimalkan penggunaan pembangkit dengan bahan bakar minyak (BBM) saat beban puncak. Sistem “peaker” adalah pembangkit yang berjalan saat permintaan listrik sedang tinggi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid