Izin Eksport Konsentrat Freeport (Aktual/Ilst.Nelson)
Izin Eksport Konsentrat Freeport (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah hampir memastikan untuk tidak menyertakan ekspor komoditas mentah jenis Bauksit dan Nikel dalam rencana revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Dalam penjelasan Plt Menteri ESDM, Luhut Binsar Panjaitan (LBP) menyatakan dua hasil barang galian itu telah terjadi sistem hilirisasi yang baik di Indonesia, sehingga unsur itu dipisahkan dengan jenis barang galian lainnya yang masih belum ditopang sarana penunjang hilirisasi.

“Hampir pasti kita tidak akan memberikan relaksasi bagi ekspor Nikel dan Bauksit. Kita masih perdalam ini lagi. Kita melakukan kajian per item. Tadi kajian itu mengenai Nikel dan Bauksit. ternyata dari hasil laporan itu, kita mengontrol Nikel itu sampai 50 persen dunia. Sekarang kita sudah ada investasi hingga USD 5 miliar, dan sampai turunan ke stainless steel. Sampai ke kebutuhan elektronik. Ini kemajuan ya,” kata luhut di Kantor Kemenko Maritim Rabu Malam, (12/10).

Sekarang ini lanjutnya, negara Cina melakukan impor kedua komoditas itu hingga 60 persen dari Indonesia. Dengan potensi cadangan di Indonesia yang besar, menurut dia sudah seharusnya Indonesia mampu mengatur harga komoditas itu.

“Masa harga nikel kita diatur orang lain, kita mau bikin kayak kelapa sawit, kita yang mau ngatur harga dunia. Hampir 40 atau 60 persen Cina mengimpor dari kita, mereka juga buka di sini. Indonesia dan Filipina mengontrol 60 persen nikel dunia. Nah, kalau tambah nikel dunia kita hampir 70 persen. Kita udah besar sendiri, ngapain ekspor lagi kalau besar, sekarang sudah ada 22 perusahaan yang smelter besar dan kecil,” tuturnya.

Selain itu, untuk jenis biji cooper dia menegaskan tidak akan melakukan ekspor dan akan dikelola dalam negeri, kendati saat ini belum ditunjang fasilitas yang memadai namun dia konsisten untuk mempertahankan hasil galian tambang jenis cooper.

“Untuk menyangkut Cooper. masih dikaji, karena cooper nih sifatnya aneh lagi. Tapi soal energi alam itu, kita nggak akan ekspor. Meskipun nggak punya teknologinya, itu barang langka dan besar, kita mau produksi sendiri,” tandasnya.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka