Jakarta, Aktual.co — Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina (eSPeKaPe) menegaskan bahwa Pertamina dibangun untuk orientasi ekonomi dan sosial, bahkan untuk ketahanan nasional.
“Pertamina yang dibangun 57 tahun lalu, tepatnya 10 Desember 1957, bukan hanya untuk orientasi ekonomi dengan mengejar profit saja, melainkan harus seiring dengan orientasi sosial. Pasalnya produk migas yang dibor dari perut bumi ini dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai amanat konstitusi”, ujar Ketua Umum eSPeKaPe Binsar Effendi Hutabarat di Jakarta, Rabu (10/11).
Menurutnya, Pertamina didirikan dari latar belakang nasionalisasi yang dikobarkan oleh Bung Karno. Latar belakangnya karena saat Trikora untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua), pesawat perang TNI-AU yang mendarat lebih dulu di Makassar untuk isi bahan bakar avtur, tetapi di boikot oleh Shell BV yang milik Belanda. Sehingga pesawat perang TNI-AU tidak bisa melanjutkan penerbangannya untuk berperang dengan Belanda dalam perebutan kembali Irian Barat.
“Dari tindakan boikot Shell itulah, maka nasionalisasi migas diberlakukan atas instruksi Bung Karno”, terangnya.
Sekarang Pertamina yang sudah dialihkan jadi perseroan berdasarkan PP No. 31 Tahun 2003 dan bersumberkan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, yang menguburkan UU Pertamina No. 8 Tahun 1971 dengan membonsaikannya pola integrasi menjadi unbundling (dipecah-pecah).
“Bukan lalu hanya ditugasi mengejar untung tapi juga melaksanakan peran sosialnya seperti penyediaan dan pelayanan untuk BBM subsidi dan tabung gas elpiji 3 kilo”, tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka