Ade Puspitasari saat acara pelantikan ketua dan pengurus DPD Partai Golkar Kota Bekaksi Periode 2020-2025.

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Etos Institute, Iskandarsyah mengatakan jebloknya elektabilitas Ade Puspitasari dikarenakan publik kecewa dengan pernyataan beliau terkait penangkapan ayahnya yaitu mantan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi (Pepen).

“Banyak masyarakat kecewa dengan pernyataan-pernyataan beliau pasca ayahnya bang pepen ditangkap KPK”, ujar Iskandarsyah dalam dialog Aktual yang berlangsung Rabu (13/7) sore.

Menurutnya, Ade Puspitasari harusnya menanggapi penangkapan ayahnya dengan sanggahan yanh sewajarnya alias slow respon. Iskandar menyebut sikap diam Ade jauh lebih baik ketimbang dia banyak bicara.

“Kalau perlu, diam itu indah ketimbang dia koar-koar tapi kosong kepalanya. Begitu disanggah oleh Ali fikri (Juru Bicara KPK) langsung diam, tidak ada komen,” sambungnya.

Iskandarsyah menambahkan hal ini akhirnya menjadi preseden buruk bagi Ade Puspitasari. Ia pun menyarankan DPD Golkar Kota Bekasi harus mempertimbangkan pencalonan Ade sebagai Calon Walikota Bekasi.

“Karena ini adalah proyeksi pertarungan Golkar di 2024. Ade ini hanya spanduk-nya doang. Orangnya gak ada,” sindir dia.

Sebagai informasi, Lembaga survei ETOS Indonesia Institute kembali memaparkan hasil survei calon Wali Kota Bekasi pada Selasa (5/7) pekan lalu. Survei tersebut merupakan keempat kalinya dengan jumlah 1.000 responden.

Dalam survei tersebut, nama anak Wali Kota Bekasi non aktif Rahmat Effendi, Ade Puspitasari hanya memiliki elektabilitas kurang dari 4 persen.

“Ini survei ke 4 dengan 1.000 responden dengan sistem kuisioner. Nama Ade kurang dari 4 persen angkanya,” tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dede Eka Nurdiansyah