Jakarta, Aktual.com — Pemulihan ekonomi zona euro kehilangan momentum di kuartal ketiga tahun ini. Hal itu ditunjukkan oleh perkembangan ekonomi pada jum’at kemarin. Bank Sentral Eropa mendapat tekanan untuk memperbesar stimulus moneter.
Meskipun 19-negara eurozone tumbuh 0,3 persen pada periode Juli-September dari kuartal sebelumnya, namun pertumbuhan tersebut berada di bawah ekspektasi pasar untuk kenaikan 0,4 persen pada triwulan kedua. Pada dasar tahunan, ekonomi zona euro adalah 1,6 persen, lebih besar dari kuartal kedua 1,5 persen .
Zona euro mulai pulih dari resesi terpanjang yang pernah terjadi lebih dari dua tahun yang lalu, namun pertumbuhan tidak pernah berhasil keluar dari kisaran yang sempit, meskipun kondisi yang menguntungkan seperti minyak lebih murah, euro lebih rendah dan inflasi yang lemah, namu Perlambatan ekonomi di pasar negara-negara berkembang, terutama China, menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi zona euro.
“Pertumbuhan yang lambat dan inflasi yang rendah membuat terjadi tekanan pada ECB,” kata Chris Williamson, kepala ekonom di perusahaan informasi keuangan.
Keyakinan masih rapuh di daerah yang mengalami krisis utang dalam tujuh tahun terakhir terhadap ancaman masa depan mata uang euro itu sendiri, Sedangkan pengangguran masih tetap berada pada 10,8 persen.
Pertumbuhan hampir tidak mengalami pergerakan di banyak negara zona euro selama kuartal ketiga.
Jerman, tingkat pertumbuhan ekonomi pembangkit tenaga listriknya mengalami penurunan menjadi 0,3 persen dari 0,4 persen. Tingkat kelesuan pertumbuhan tercatat di Italia dan Belanda sementara Portugal tidak ada pertumbuhan sama sekali, Sedangkan Yunani, ekonominya menyusut lagi.
Yang menonjol adalah Spanyol, perekonomiannya terus pulih dari resesi. Pertumbuhan triwulanan Spanyol menjadi 0,8 persen. Selain itu Perancis juga memberikan bantuan perbaikan ekonomi, diketahu terjadi ekspansi 0,3 persen setelah datar pada kuartal kedua.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka