Jakarta, Aktual.co — Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mengatakan Pertamina lebih tertarik menjual gas kepada “trader” dibanding menjualnya ke Perusahaan Gas Negara (PGN).
“Sebagai contoh, Pertamina tidak memperpanjang kontrak pasokan gas ke PGN dari lapangan Pertamina Offshore North West Java (ONWJ) dengan volume 65 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD),” kata Ferdinand di Jakarta, Senin (30/3).
Ia mengatakan, suplai yang tersedia akan diberikan kepada “trader” karena mereka pada dasarnya tidak memiliki jaringan distribusi sehingga selalu berusaha agar PGN membuka akses pipa kepada mereka tanpa harus membangun jaringan pipa distribusi.
“Pada akhirnya sebagian “trader” menjual alokasi gas tersebut kepada PGN dengan tambahan margin sekitar 1 sampai 2 dolar AS per Million British Thermal Unit (MMBTU) yang memberatkan pelanggan gas,” katanya.
Menurut Ferdinand, jika dibandingkan dengan pendapatan “toll fee” oleh perusahaan jaringan transmisi dengan investasi yang sangat besar, maka “trader fee” tersebut tanpa adanya biaya investasi jaringan dinilai terlalu tinggi.
Ia menambahkan, Pertamina yang secara bisnis dimaksudkan untuk memproduksi minyak dan gas bumi, penyaluran BBM dalam negeri, dan pengembangan energi baru dan terbarukan malah fokus dalam pengembangan investasi jaringan distribusi gas yang bukan tugas utamanya.
“Perlu pengaturan pemerintah yang jelas terhadap Pertamina dan PGN agar tujuan pemanfaatan gas lebih efektif dan efisien,” tuturnya.
Selain itu, kata Ferdinand, kepentingan para pelanggan gas dijadikan sebagai prioritas terakhir oleh pelaku bisnis gas dalam negeri sehingga rencana pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan gas sebagai pengganti BBM menjadi terhambat.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka