Jakarta, Aktual.com – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menyetujui pengucuran pembiayaan untuk PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sebesar Rp354 miliar.

Angka tersebut seiring adanya penugasan khusus dari pemerintah terkait penyediaan fasilitas pembiayaan program ekspor pesawat terbang ke beberapa negara seperti Nepal dan Senegal.

Menurut Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank, Dwi Wahyudi, pembiayaan modal kerja ekspor sebesar Rp354 miliar itu untuk menjalankan Program Penugasan Khusus Ekspor.

“Pembiayaan Eximbank untuk PT DI tersebut untuk mendorong ekspor pesawat dari PT DI,” kata Dwi usai acara penandatanganan pembiayaan, di Jakarta, Kamis (31/5).

Dia menyebutkan, kesepakatan tersebut didasari Keputusan Menteri Keuangan No.649/KMK.08/2017 untuk menyediakan fasilitas pembiayaan atas program ekspor pesawat terbang dalam rangka penetrasi dan pengembangan ekspor ke negara tujuan ekspor baru.

Selain itu, lanjut Dwi, Keputusan Menkeu tersebut juga memberikan mandat kepada Eximbank untuk menyalurkan fasilitas kepada badan usaha yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam memproduksi pesawat udara (PT DI).

“Pesawat udara produksi PT DI itu nantinya akan diekspor ke Thailand, Nepal, Uni Emirat Arab dan negara-negara di kawasan Afrika yang tidak diembargo Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” ujar Dwi.

Dia mengungkpkan, pada tahap pertama, fasilitas pembiayaan diberikan dalam bentuk modal kerja untuk mendukung ekspor pesawat terbang ke Nepal dan Senegal. “Tenor yang diberikan pada fasilitas pembiayaan Rp354 miliar ini selama 12 bulan,” imbuhnya.

Lebih lanjut Dwi menyebutkan, ekspor pesawat udara ke Nepal dilatarbelakangi oleh permintaan kebutuhan pesawat yang sesuai dengan kondisi geografis kawasan Nepal. “Transportasi udara yang sesuai dengan kontur Nepal adalah pesawat yang bisa dioperasikan di landasan pacu relatif pendek,” kata Dwi.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT DI, Uray Azhari menambahkan, untuk ekspor ke Senegal juga dalam rangka memenuhi kebutuhan pesawat terbang yang berfungsi sebagai Maritime Patrol Aircraft (MPA).

“Kondisi politik di kawasan tersebut masih rentan terjadi gesekan dan pemberontakan,” ujar Uray.

Menurutnya, proyek ekspor pesawat terbang ke Nepal dan Senegal memiliki nilai strategis bagi PT DI, karena supply record export order dan kepuasan pelanggan luar negeri menjadi salah satu syarat utama terkait evaluasi tender-tender internasional.

“Proyek ini juga merupakan pilot project yang efektif untuk memasuki pasar negara Asia Selatan dan Kawasan Afrika,” imbuhnya.

Sedang untuk UEA, kata dia, merupakan pasar baru bagi perseroan. Sejauh ini belum ada pesanan langsung dari negara Timur Tengah itu. “Namun sudah ada pembahasan untuk order pesawat ke kami dan dikirim ke sana,” ujarnya.

Selain itu, dia menegaskan, dengan adanya pembiayaan ini dampak multiplier bagi ekonomi nasional tidak hanya terbatas pada PT DI, tetapi juga pada industri penunjang lain, seperti bidang usaha machining for landing gear, tube forming, polyurethane, heat treatment, thermo forming of acrylic, tool and jig dan industri lainnya.

 

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: