Wakil ketua DPR RI, Fahri Hamzah saat membacakan Puisi Musikal di Acara Tadarus Puisi Ramadhan di Hari Pancasila di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (1/6). Acara tersebut dihadiri atau diisi oleh politisi, seniman dan budayawan, diantaranya Taufik Ismail, Ridwan Saidi, Desy Ratnasari, Jaya Suprana, Fahri Hamzah, Neno Warisman, Rachel Maryam, Abrory Jabar, Iman Soleh dan Linda Djalil. AKTUAL/Tino Oktaviano

Mataram, Aktual.com – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa Nusa Tenggara Barat merupakan pusat dari kecintaan terhadap Tanah Air. Keberadaan propinsi tersebut juga bisa menjadi jembatan antara agama dan negara.

“Kita ingin NTB menjadi pusat kecintaan terhadap Tanah Air. Kalau saya mengatakan gugusan NTB ini, kalau dilipat Indonesia itu dari Timur, Barat, Utara, Selatan kira-kira tengahnya NTB, maka bisa kita katakan NTB ini sentra dari Indonesia, maka itu artinya posisi NTB paling moderat,” katanya di Mataram, NTB, Sabtu (3/6).

“Karena itu, NTB bisa menjadi pusat moderasi dari pandangan kita dalam beragama dan bernegara, karena ada yang ekstrem bernegara dan ada juga yang ekstrem beragama,” sambungnya.

Menurut Fahri, kehadiran Masjid Hubbul Wathan Islamic Center yang berarti cinta tanah air sebagai icon baru NTB, membuktikan dari dalam masjid itu, umat Islam menyuarakan cinta dan berbakti kepada bangsa, bahkan menjaga perdamaian negara.

Karenanya, tidak boleh ada lagi yang mempersoalkan kecintaan umat Islam terhadap tanah airnya. Sebab itu yang terus menerus ada godaan supaya orang Islam itu dikeluarkan sebagai orang yang tidak cinta tanah air.

Fahri Hamzah juga menyayangkan tuduhan seolah-olah umat Islam menjadi golongan yang paling sulit dalam berintegrasi dengan NKRI.

“Tuduhan itu sangat menyakitkan. Dan harus diakhiri. Karena bagi umat Islam, soal kebhinnekaan dan kesetiaan pada Pancasila sudah selesai,” tegasnya.

Sebab problem negara saat ini bukan soal kebhinekaan dan lunturnya komitmen kebangsaan. Tetapi problem bangsa ini adalah soal ketidakadilan dan menegakkan ke- Indonesiaan di atas keadilan tersebut.

“Jadi ini bukan soal ke-bhineka anda tetapi keadilan,” demikian Fahri Hamzah. (ant)

Artikel ini ditulis oleh: