Jakarta, Aktual.co — Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) berjalan lambat lantaran konflik kepentingan dari pebisnis minyak yang tidak mau berkurang marginnya.
“Ini terutama masalah lambatnya pengembangan infrastruktur, diduga ada konflik kepentingan dari pebisnis minyak yang tidak mau berkurang marginnya,” kata Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri, di Jakarta, Senin (17/11).
Konversi BBM ke BBG tak maksimal karena perencanaan yang dilakukan pemerintah juga tak sungguh-sungguh. Komite Reformasi memang tidak secara langsung mendorong konversi, tetapi pihaknya akan melakukan identifikasi lagi masalah apa saja yang menghambat untuk kemudian diberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan.
“Pemerintah sebaiknya menggeber konversi ke BBG minimal di kota-kota besar terlebih dahulu secara sungguh-sungguh dengan memperbanyak infrastruktur penunjang sekaligus diberikan kemudahan dalam pembangunannya,” ujarnya.
Indonesia telah menjalankan program konversi sejak tahun 2005, namun jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, yang memulai program konversi di tahun yang sama.
Malaysia kini memiliki 170 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dengan jumlah kendaraan berbahan bakar gas (ber-BBG) mencapai 51.364 kendaraan di tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 107,35 persen. Sedangkan Indonesia hanya memiliki 19 SPBG dan masih sedikit kendaraan ber-BBG.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka