Jakarta, Aktual.com – Komposisi tim ekonomi kabinet kerja Joko Widodo (Jokowi) masih tak akan jauh berbeda untuk mengulangi kesalahan-kesalahan menteri-menteri sebelumnya. Yang ada, hanya akan memberi janji-janji surga atau policy entertainment ke Presiden.
Hal itu seperti yang disebutkan oleh ekonom senior Faisal Basri, di acara evalusi paket kebijakan di bawah menteri baru, di Jakarta, Senin (1/8).
Namun demikian, salah satu menteri ekonomi yang membuatnya optimis adalah Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto yang merupakan kader Golkar. Menurut Faisal, mentor Airlangga berasal dari ayahnya yang juga mantan menteri perindustrian di era Orde Baru.
“Mentornya itu ayahnya sendiri. Saat zaman Hartarto, pertumbuhan industri itu dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi. Yang penting dia bisa memberikan skala prioritas industri yang akan dibangun,” ujar Faisal.
Untuk itu, saran Faisal, Airlangga harus berani keluar dari paradigma lama. Tidak hanya bertumpu kepada produk-produk unggulan, sehingga pasar dunia tengah anjlok maka ekspor pun tidak bertumbuh.
“Makanya, Airlangga harus berani menyarankan kebijakan yang tepat ke Presiden. Salah satunya ketika, Jokowi minta ada pabrik handphone di Indonesia, harus berani tidak. Karena yang penting bukan pabrik itu, tapi bagaimana ciptakan komponen handphone,” saran dia.
Faisal menyebutkan soal komponen otomotif yang bisa melaju ke pasar ekpsor. Sehingga produk-produk high tech itu, saran dia, harus berani dikembangkan.
“Tiru cara Korea Selatan. Dia produk high tech-nya sekalipun sudah berada di level tinggi, malah semakin tinggi. Kita sudah berada di level rendah, malah semakin turun. Jadi Pak Airlangga ini salah satu andalan yg kita harapkan,” paparnya.
Komposisi menteri lainnya, sebut dia, hanya sebagai pemberi janji-janjin surga. Kepala BKPM, Thomas Lembong akan seperti gaya dulu seperti di Menteri Perdagangan yang hanya memberi angka-angka tinggi yang realistis.
Sejauh ini, pertumbuhan investasi sangat lambat hanya mencapai 14,2 persen sedang investasi pemerintah hanya lima persen. Sebanyak 80 persen itu oleh pihak swasta.
“Ini menjadi PR Kepala BKPM. Total investasi kita hanya Rp3.830 trikiun di 2015, cuma 300 persen dari PDB yang mencapai Rp11.540 triliun,” pungkas dia. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka