Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) mencanangkan lima langkah untuk menekan intensitas shutdown kilang. Tercatat sepanjang tahun 2016, terdapat 35 kali fasilitas kilang mengalami shutdown dan mengganggu produksi.

Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengungkapkan lima langkah perbaikan tersebut mencakup lima aspek, yaitu Health, Safety, Security, and Environment (HSSE), Keandalan, Efisiensi, Optimasi dan perbaikan Organisasi dan Pengembangan SDM.

Dari aspek HSSE, tuturnya, fokus utama adalah tidak ada kejadian kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan fatality. Selain fatality, tuturnya, Pertamina akan seaktif mungkin untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat operasi kilang.

Adapun, Keandalan kilang difokuskan pada upaya mencapai zero unplanned shutdown. Dia mencontohkan salah satu upaya untuk mencapainya, dilakukan dengan cara konsisten dan disiplin pada jadwal pemeliharaan kilang baik yang bersifat parsial maupun menyeluruh.

“Kami juga akan meningkatkan efektivitas inspeksi sehingga dapat diketahui secara lebih dini sebelum alat rusak. Pada prinsipnya apabila kita bisa tekan angka kehilangan waktu operasi, kinerja kilang semakin baik dan produksi bisa sesuai target dan pada akhirnya pasokan BBM nasional semakin andal,” tutur Toharso di Gedung Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (24/1)

Aspek ketiga lanjutnya, mengurangi working losses hingga 50 persen dibawah realisasi tahun 2016. Selain mengurangi losses, Toharso juga akan melakukan pengadaan bahan maupun peralatan kilang secara terpusat sehingga dapat menurunkan biaya.

Aspek keempat yakni; peningkatan yield valuable product menjadi 79 persen dari saat ini sekitar 74 persen. Selain itu, Pertamina juga menargetkan penurunan biaya operasi hingga menjadi hanya USD3 per barel.

“Contoh seperti di Kasim operasinya biasanya hanya sekitar 120 hari dalam setahun. Kami ingin tingkatkan. Apabila masalahnya ketiadaan crude, kami akan bangun infrastruktur yang memungkinkan crude bisa masuk memenuhi kebutuhan feedstock RU VII Kasim di Sorong,” ungkapnya.

Aspek terakhir adalah Organisasi dan Pengembangan SDM. Perubahan organisasi pada Oktober 2016 melalui pembentukan Direktorat Pengolahan yang melahirkan kebutuhan formasi sumber daya manusia.

“Oleh karena itu kami akan kembali membuka peluang kerja baru untuk mengisi posisi-posisi engineer yang akan ditinggalkan oleh pekerja yang memasuki usia pensiun,” tutup Toharso.

Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan