Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com — Kurs rupiah pada pembukaan Rabu (30/3) pagi berada di posisi Rp13.300 menguat 95 poin dari penutupan sebelumnya. Rupiah dalam seminggu ini terus tergerus terhadap dolar setelah pernyataan rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen, Selasa (30/3), mengatakan bahwa bank sentral berencana menaikkan suku bunga acuan secara hati-hati.

“Mengingat risiko-resiko terhadap prospek, saya menganggap tepat bagi untuk Komite (FOMC) untuk melanjutkan dengan hati-hati dalam menyesuaikan kebijakan,” kata Yellen dalam pidatonya di Economic Club of New York.

Sambutannya konsisten dengan pernyataan yang diadopsi The Fed setelah pertemuan 15-16 Maret.

Dalam pandangannya, sejak pergantian tahun ekonomi AS telah agak bervariasi. Di satu sisi, banyak indikator telah cukup menguntungkan. Pasar tenaga kerja telah menambahkan rata-rata hampir 230.000 pekerjaan per bulan selama tiga bulan terakhir.

Selain itu, tingkat pengangguran telah lebih lanjut turun tipis, banyak orang yang bergabung angkatan kerja karena prospek untuk mendapatkan pekerjaan telah membaik.

Belanja konsumen tampaknya berkembang pada kecepatan yang moderat, didorong oleh kenaikan kuat pendapatan, peningkatan neraca rumah tangga, serta dampak berkelanjutan dari peningkatan kekayaan dan penurunan harga minyak selama beberapa tahun terakhir.

Pasar perumahan secara bertahap terus mengalami pemulihan, dan kebijakan fiskal di semua tingkat pemerintahan sekarang secara moderat meningkatkan kegiatan ekonomi, setelah berupaya ditarik dalam beberapa tahun terakhir.

Di sisi lain, manufaktur dan ekspor bersih telah terus terpukul oleh pertumbuhan global yang lambat dan apresiasi signifikan dolar AS sejak 2014.

Perkembangan global yang sama juga telah menekan investasi bisnis karena membatasi ekspektasi penjualan perusahaan, sehingga mengurangi permintaan mereka untuk barang modal; sebagian sebagai akibatnya, indikator belanja modal dan sentimen bisnis baru-baru ini telah lesu.

Selain itu, investasi bisnis telah ditahan oleh jatuhnya harga minyak sejak akhir 2014, yang mendorong penurunan tajam yang sedang berlangsung dalam kegiatan pengeboran.

Harga minyak yang rendah juga mengakibatkan PHK besar-besaran di sektor energi dan merugikan produksi serta kesempatan kerja di industri yang mendukung produksi energi.

Yellen percaya bahwa jalan suku bunga federal fund mendatang tentu tidak pasti, karena kegiatan ekonomi dan inflasi kemungkinan akan berkembang dalam cara yang tak terduga.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan