Jakarta, Aktual.co — Pementasan dan festival kebudayaan harus terus digalakkan sebagai upaya mempertahankan ciri bangsa Indonesia yang kaya akan budaya. Misalnya yang dilakukan oleh Pengurus Daerah (PD) Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakesuma) Kota Binjai, dengan menggelar Festival Kuda Kepang di Lapangan Merdeka Binjai, Minggu (26/10).
“Bahwasanya Pujakesuma ada program melestarikan kebudayaan Jawa. Makanya dilaksanakan Festival Kuda Kepang ini,” ujar Seksi Kesenian Pengurus Daerah Puja Kesuma Binjai Mujiyono kepada Aktual.co saat festival berlangsung.
Menurut Mujiyono yang merangkap sebagai wakil ketua panitia seksi festival, ajang pertandingan Kuda Kepang itu diikuti tiga daerah masing-masing Kota Binjai, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Tiap daerah mengirimkan 4 tim untuk bertarung unjuk kebolehan di ajang yang pertama kali dilakukan itu.
“Yang pertama dilaksanakan masih 3 daerah. Memperebutkan piala walikota. Agar ini bisa berkesinambungan, rencananya akan dilaksanakan setiap tahun,” harap Mujiyono.
Sementara itu, pegiat seni Yono menuturkan penyelenggaraan Festival Kuda Lumping itu diharapkan menjadi stimulus mendekatkan kembali budaya dan seni di tengah-tengah masyarakat.
Apalagi, mengingat Kuda Kepang sebagai kesenian rakyat yang lebih fleksibel dan toleran dengan aturan-aturan. “Etika dan estetikanya fleksibel, makanya cukup mudah bertahan. Beda dengan karawitan dan wayang, karena dia lebih baku,” ungkapnya.
Yono yang diberi mandat untuk menjadi juri dalam festival itu bersama dua seniman lainnya asal Etnomusikologi USU menyebutkan, soal standart penilaian, peserta terbaik dinilai dari 4 sisi. Yakni, Wirogo atau penampilan fisik, Wiromo atau harmonisasi dengan musik dan irama, Wiroso atau pemahaman rasa dan ekspresi serta Busono atau keserasian kostum atau pakaian.
Para peserta, lanjut Yono, menampilkan berbagai Penampilan Kuda Kepang dari berbagai daerah Jawa, misalnya Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan Banyumas.
“Dari sini kita melihat bahwa mereka adalah pendatang, Jawa tengah, Timur, Banyumas. Detail itu kelihatan. Dan mereka gak sadar bahwa itu identitas sub kultur mereka. Walau “knowledge” nya itu gak sampai,” jelasnya.
Pantauan, Festival itu berhasil menarik minat warga Kota Binjai. Terlihat dari antusiasme warga yang menyaksikan dan bertahan di lokasi festival. Apalagi, peserta dan pemain kuda kepang mayoritas berasal dari kalangan remaja usia belasan tahun.
Artikel ini ditulis oleh: