Penyelenggaraan Festival Lima Gunung disebut Sutanto sebagai telah melampaui waktu dan ruang, melampaui tafsir kelaziman, bahkan pengetahuan pribadi-pribadi pegiat komunitasnya, karena percaya bahwa Sang Agung sebagai Mahasutradara dan sponsor sejati.
Tak putus-putus, ia mengingatkan setiap pribadi komunitas dan warga Wonolelo untuk bertekun menempatkan anugerah sikap rendah hati dalam menerima siapa saja tamu festival.
Sedikitnya 80 agenda padat festival berupa pementasan kesenian, performa seni budaya, dan acara lainnya telah disiapkan dengan penata jadwal, salah satu tokoh utama Komunitas Lima Gunung, Arie Kusuma.
Mereka yang berpentas dalam festival tersebut selain berbagai grup kesenian dari komunitas itu, juga sejumlah lainnya dari berbagai desa dan kelompok kesenian di Magelang dan sekitarnya, serta para seniman dari luar kota di Indonesia dan luar negeri yang berjejaring dengan Komunitas Lima Gunung.
“Segala kelemahan kepada tamu, semua rajin mengucap ‘Maaf keterbatasan kami, kami semua kurang pinter, maaf kami masih belajar’. Isilah hari-hari yang sangat berharga ini dengan hal-hal yang kelak akan kita kenang bersama,” ucapnya.
Dusun semi-urban Wonolelo diputuskan menjadi tuan rumah festival tahun ini. Warga setempat didukung para anggota komunitas pun bekerja menyiapkan segala sesuatunya, seperti pembuatan seni instalasi di jalan-jalan dan perkampungan, pembangunan Panggung Sawah dan Panggung Kampung.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid