Denpasar, Aktual.com — Perpaduan lembah, gunung dan laut di sepanjang pesisir utara Pulau Bali itu sangat indah dipandang. Puluhan objek wisata panorama alam maupun adat dan tradisi masyarakatnya dapat dikemas dalam paket wisata yang unik dan menarik.
Pemilik potensi besar dalam bidang pariwisata itu adalah Kabupaten Buleleng, bekas Ibu Kota Provinsi Sunda Kecil yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebelum dipindahkan ke Denpasar pada tahun 1958 silam.
Potensi itu ibarat lahan tidur yang bisa dikembangkan secara intensif guna memacu pengembangan wisata sehingga wisatawan dalam dan luar negeri tertarik berkunjung ke Bali utara.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan wakilnya I Nyoman Sutjidra yang memimpin daerah itu sejak akhir 2012 menyadari potensi pariwisata di daerahnya cukup besar, namun belum mampu memberikan kesejahteraan secara maksimal bagi kehidupan masyarakat setempat.
Bahkan, manisnya gemerincing dolar dari sektor pariwisata sebagian besar hanya dinikmati masyarakat di wilayah Bali bagian selatan, yaitu Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
Oleh sebab itu berbagai upaya dan terobosan dilakukan, dengan harapan semakin banyak wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke Bali utara sekaligus mampu mengangkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Terobosan yang dilakukan pasangan Putu Agus Suradnyana dengan I Nyoman Sutjidra antara lain menggelar Festival Lovina selama lima hari, 27 September hingga 1 Oktober 2015 lalu.
Festival yang diisi dengan berbagai kegiatan seni dan budaya melibatkan kelompok kesenian (seka), tokoh masyarakat dan komponen pariwisata di daerah itu, yang pelaksanaannya mendapat dukungan dana dari Pemkab setempat Rp380 juta, serta swadaya dari komponen pariwisata setempat, demikian tutur Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng I Gede Suyasa.
Dana tersebut diarahkan untuk pengadaan dua buah panggung utama, dekorasi, konsumsi dan kelancaran lainnya yang melibatkan banyak warga selama lima hari kegiatan berlangsung.
Panggung pertama didirikan di Pantai Binaria, tepatnya di depan patung Lumba-lumba untuk menyuguhkan beragam musik tradisi dan kolaborasi. Sedangkan panggung kedua dibangun di Pantai Kaliasem untuk menampilkan beragam musik modern dan pesta malam.
Kegiatan festival tersebut sempat disaksikan peserta Sail Indonesia 2015, yakni sekitar 66 kapal layar (yacth) yang datang dari berbagai negara di belahan dunia.
Festival Lovina yang melibatkan 20 sanggar seni di wilayah Kabupaten Buleleng itu menyuguhkan pementasan seni dan budaya khas daerah itu. Atraksi yang ditampilkan antara lain “Sapi Gerumbungan”, “Shang Hyang Legong Dedari”, “Sang Hyang Memedi” dan tarian Selat Segara massal.
Selama promosi pariwisata itu juga dipamerkan aneka jenis makanan khas Bali utara, pameran industri kecil dan kerajinan rumah tangga hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin setempat.
Unik dan Menarik Dari sekian atraksi wisata yang disuguhkan selama berlangsungnya Festival Lovina adalah “Sapi Gerumbungan” serta kehidupan seni budaya dan adat yang lestari.
Sapi gerumbungan yakni sepasang sapi jantan dengan berat 300–400 kg/ekor “dirakit” seperti halnya petani membajak di sawah, namun dilengkapi dengan berbagai hiasan dikendalikan oleh seseorang (sais) untuk diadu kecepatan dengan pasangan sapi lainnya di tanah lapang.
Atraksi sapi gerumbungan kembali diintensifkan dengan harapan dapat menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Bali utara. Penyuguhan atraksi unik dan menarik tersebut diiringi dengan alunan suara “mengoncang”, yakni memukul lesung yang dulu digunakan menumbuk padi di atas lesung, serta pementasan kesenian joged bumbung atau yang lebih dikenal dengan tari pergaulan.
Justin Watson, wisatawan asal Inggris yang baru pertama kali berlibur ke Lovina, Kabupaten Buleleng, mengaku sangat tertarik dengan atraksi wisata sapi gerumbungan yang disuguhkan.
Sejumlah wisatawan mancanegara memang tertarik menikmati atraksi itu, karena baru pertama kali disaksikannya di Bali, bahkan Justin Watson dan beberapa temannya mendapat kehormatan naik sapi gerumbungan.
Pemkab Buleleng berkomitmen melestarikan sapi gerumbungan yang secara rutin dilaksanakan dalam memeriahkan berbagai kegiatan di daerah itu.
Dengan berbagai upaya dan terobosan itu diharapkan pariwisata Buleleng berkembang seperti di Bali selatan. Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan pariwisata Bali utara antara lain menyangkut transportasi, jarak cukup jauh yakni sekitar 95 km ditempuh dalam waktu dua-tiga jam dengan kondisi jalan berliku-liku.
Di Kabupaten Buleleng, salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali telah memiliki fasilitas pariwisata yang cukup memadai, antara lain puluhan hotel berbintang dan restoran yang berjejer sepanjang pantai.
Daerah itu antara lain memiliki kawasan wisata Kalibubuk, termasuk Pantai Lovina kawasan Pancasari, kawasan Air Sanih dan kawasan Batuampar. Pengembangan pariwisata menitikberatkan pada kekhasan dan keunikan daerah dalam menarik kunjungan pelancong.
Pengamat pariwisata di Buleleng Ketut Suka menilai objek wisata Lovina perlu mendapatkan perbaikan infrastruktur untuk menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Untuk itu pemerintah mesti memerhatikan keadaan infrastruktur di daerah itu. Perbaikan insfrastruktur itu dinilai sangat mendesak dilakukan, mengingat kunjungan wisatawan makin meningkat setiap tahunnya.
Pantai Lovina kini sudah dikenal sebagai salah satu objek wisata unggulan di Pulau Dewata, perlu mendapatkan perhatian lebih dari Pemprov Bali, Pemkab Buleleng maupun pemerintah pusat, ujar Ketut Suka menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: