Ia bahkan lebih banyak bertugas di kapal daripada di darat, selama tujuh bulan ia harus berada di laut untuk mendistribusikan bahan bakar minyak ke daerah-daerah pelosok. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/16.

Jakarta, Aktual.com – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) sejak awal telah merasakan kejanggalan atas kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft Oil Company (BUMN asal Rusia) terutama dalam hal pembelian minyak.

Menurut FITRA, pembelian minyak tersebut akan tidak ekonomis jika dipasok dari negara Rusia, karena dengan jarak yang sangat jauh tentunya menuntut biaya transportasi yang besar.

Manajer Advokasi FITRA, Apung Widadi mengungkapkan bahwa tidak mengherankan dan sangat logis jika belakangan ini terungkap adanya kong-kalikong yang mengindikasikan Rosneft sebagai broker pembelian dari kilang blending Travigura di tanjung Langsat Johor, Malaysia lalu kemudian dikirim ke Indonesia.

“Kalau jual beli minyak itu kan tentunya harga akan dipengaruhi biaya transportasi. Tentu biaya yang diharapkan harus efisien. Di Jawa saja untuk efisienai distribusi minyak itu menggunakan pipa. Nah saya heran kok kerjasama dengan Rusia dalam pengadaan atau impor minyak, tentu sangat jauh dan berbiaya tinggi jika dibawa dari Rusia. Maka tak heran dan sangat logis jika Rosneft berperan menjadi broker,” kata Apung kepada Aktual.com, Jumat (16/9).

Untuk itu dia meminta agar kerjasama tersebut dilakukan peninjauan ulang, atau bila perlu kerjasama tersebut dibatalkan.

“Tentu ini ada permainan kalau skenarionya begini. Perjanjian kerjasama ini harus ditinjau ulang dan bila perlu dibatalkan. Kok membeli pakai tangan orang lain? Bisa jadi harganya diklaim lebih tinggi seolah-olah dibawa dari Rusia. Ini ada dugaan rente, mengambil untung dari selisih harga itu,” tandasnya.

Untuk diketahui kerjasama yang ditandatangani pada Mei itu merupakan bagian dari kesepakatan pembangunan kilang minyak yang berada di Tuban oleh Rosneft.

Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjpto menyampaikan alasannya memilih Rosneft sebagai partner Pertamina karena perusahaan asal Rusia itu mampu mensupply minyak mentah.

“Saya sampaikan ada enam alasan yaitu kemapuan mensupply crude oil, Aspek finansial kuat, Pengalaman kilang, Pengalaman go internasional, pengelaman membangun dan Strategi yang sejalan dengan pertamina,” kata Dwi pada waktu penandatanganan framework agreement di gedung utama Pertamina Jl Medan Merdeka Jakarta.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka