Pemilu 2019

Jakarta, Aktual.com – Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menengarai ada persoalan serius pada proses Pemilu 2019 yang harus segera diatasi dan diselesaikan secara konprehensif.

Pendapat ini diungkapkan oleh Ketua Yayasan Formappi, Agustina Supriyanti Kardono, pada diskusi “Darurat Pemilu 2019” dan peluncuran buku “Panduan Lengkap Pemilu 2019” di Jakarta, Kamis (27/9).

“Kalau tidak dapat diatasi secara sungguh-sungguh maka dapat menimbulkan kedaruratan dan bahkan dapat berpotensi terjadi situasi paling buruk yakni chaos,” kata Agustina.

Tampil sebagai pembicara pada diskusi tersebut adalah Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tahun 2012-2014 Albert Hasibuan, politisi PPP Lena Maryana, aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti, serta Direktur Eksekutif CSIS Philip J Vermonte.

Menurut Agustina Supriyanto Kardono yang akrab disapa Yayuk, salah satu potensi kedaruratan tersebut adalah maraknya penyebaran berita hoaks dan ujaran kebencian. Karena itu, kata dia, Formappi bersma CSIS melakukan diskusi untuk mencari masukan dan solusi dari berbagai sumber dari beragam latar belakang.

Pada kesempatan tersebut, Formappi bekerja sama dengan CSIS juga meluncurkan buku berjudul “Panduan Lengkap Pemilu 2019”.

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philip J Vermonte menilai, buku “Panduan Lengkap Pemilu 2019” yang merupakan kumpulan tulisan dari Formappi, sangat penting untuk kodifikasi penyelenggaraan pemilu.

“Selama ini perhatian publik lebih terfokus pada pemilu eksekutif, baik pemilu kepala daerah maupun pemilu presiden. Padahal, pemilu legislatif juga sangat penting untuk dicermati,” katanya.

Menurut Philip, dalam buku “Panduan Lengkap Pemilu 2019”, Formappi memaparkan secara jelas bagian-bagian dari penyelenggaraan pemilu legislatif, seperti, rekrutmen calon anggota legislatif, daerah pemilihan, besaran suara, dan konversi suara.

Penyelenggaraan pemilu, kata dia, memberikan dua efek kepada pemilih yakni efek psikologis serta efek mekenaik. “Efek psikologs terhadap pemilih mempengaruhi perilaku pemilih. Perilaku ini akan berbeda, pada pemilu tidak serentak dengan pemilu serentak saat ini,” katanya. Sedangkan aspek mekanik, menurut dia, dapat memunculkan perilaku pemilih pada pemilu.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan