Jakarta, Aktual.com – Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menyebut DPR periode 2014-2019 sebagai macan ompong. Hal ini merujuk pada banyaknya cacat kinerja institusi tersebut.
Lucius menyebut beberapa cacat kinerja yang dikatakannya dapat dilihat dengan telanjang dan jelas. Di antaranya adalah ‘adu kuat’ antara Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Bersih (KIB) di awal periode, kasus ‘Papa Minta Saham’ dan dugaan korupsi e-KTP.
“Semua problem di level pimpinan DPR itu, saya kira dengan telanjang, tegas, dan jelas menjadi latar yang sambung menyambung menyebabkan DPR periode ini nyaris sempurna menunjukkan dirinya sebagai macan ompong,” ungkapnya dalam keterangan yang diterima Aktual di Jakarta, Minggu (26/11).
Menurut Lucius, sejatinya DPR memiliki segala kekuasaan untuk mengubah bangsa menjadi lebih baik. Tetapi faktanya justru para wakil rakyat di Senayan ini justru hanya menambah masalah demi masalah. Karenanya, ia pun menyebut DPR sebagai lembaga negara yang sudah kehilangan taringnya.
“Mereka kelihatan garang seperti macan, tetapi laku mereka yang penuh masalah membuat mereka tak sanggup membuat publik takjub dan hormat pada apa yang mereka katakan dan putuskan,” jelasnya.
Ia pun mencontohkan minimnya undang-undang yang dihasilkan DPR periode saat ini. Bahkan, Lucius menyatakan bahwa DPR sama sekali tak terganggu dengan lima Rancangan Undang-undang (RUU) yang baru dihasilkan tahun ini.
Pada Oktober 2015 atau tepat setahun kepemimpinan Setya Novanto, DPR hanya berhasil mengesahkan tiga UU saja dari 39 RUU yang ditargetkan. Sementara pada 2016, dari 50 RUU yang menjadi Program Legislatif Nasional (Prolegnas), hanya 22 saja yang menjadi UU.
“Sebagai macan mereka selalu ingin kelihatan garang dengan rencana yang luar biasa, mentereng, dan bombastis. Sayangnya mereka adalah macan yang ompong,” tegas Lucius.
Tidak hanya itu, Lucius menambahkan, keompongan DPR juga diperburuk dengan ditahannya Setnov oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus korupsi e-KTP pada beberapa waktu lalu.
“Coba bagaimana bisa mengharapkan ada secercah harapan dari segala situasi buruk tentang parlemen, jika seorang Ketuanya bahkan tak perlu malu dengan jabatannya ketika dia nyata-nyata sudah mengganti dasi dan jas kemewahannya dengan rompi orange yang sudah sohor jadi simbol koruptor?” tutupnya.
(Reporter: Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Eka