Jakarta, Aktual.co — Gubernur Bank Sentral Swiss, Thomas Jordan menetapkan kebijakan terhadap mata uang Swiss, Franc sesuai mekanisme pasar terhadap Euro. Padahal sejak September 2011, Franc telah dipatok dengan nilai tetap.
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), I Kadek Dian Sutrisna mengatakan hal tersebut tidak akan mempengaruhi nilai Rupiah. Pasalnya, penggunaan Franc dan Euro sangat jarang di Indonesia.
“Ngga terlalu signifikan terhadap Rupiah,” ujar Kadek dalam acara FEUI Economic View 2015 di Jakarta, Senin (19/1).
Lebih lanjut dikatakan dia, Rupiah akan lebih berpengaruh jika permintaannya meningkat. Sehingga, asing akan membawa uangnya ke Indonesia, baik dalam saham atau obligasi.
“Sebenarnya Rupiah kita akan naik bukan karena Franc mengikuti mekanisme pasar atau tidak, tapi karena demand Rupiah itu sendiri juga naik. Misalnya kalau dari internal, industri manufaktur, UMR ini yang jadi tantangan kita,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















