Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menjadi nara sumber dalam rapat dengar pendapat tentang Efektivitas Pemberlakuan Hukuman Mati di Indonesia di Gedung Komnas HAM, Jakarta, Jumat (26/2). Rapat tersebut berpandangan hukuman mati masih dianggap hukuman yang melanggar HAM, namun demikian pemberlakuan hukuman mati di Indonesia masih diperbolehkan untuk kejahatan yang sangat serius dan dianggap berdampak luas pada kegiatan berbangsa dan bernegara. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Pembangunan smelter freeport masih dalam proses konstruksi. Namun demikian Presiden Joko Widodo mengapresiasi hal ini karena pembangunan tersebut sudah menyerap sebanyak 40 ribu tenaga kerja.

Smelter yang dibangun di atas lahan 100 ha ini digadang- gadang akan menjadi smelter single line terbesar di dunia dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun atau 480 ribu ton logam tembaga.

Presiden Joko Widodo juga mengungkapkan smelter ini juga akan menciptakan nilai tambah hasil tambang kita, smelter PT Freeport Indonesia mulai dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik, Jawa Timur.

Namun demikian Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengungkapkan kekecewaan melalui unggahannya di laman akun pribadinya @NataliusPigai2.

Dia mengungkapkan bahwa hal ini tidak Adil bagi Papua. Dia juag mempertanyakan apa yang  didapat oleh papua dengan pembangunan smelter freeport tersebut.

“Papua dapat apa? Semua yang baik akan terlihat, yang buruk juga akan ketahuan. Saya bukan orang Jahat, Saya pembela kemanusiaan & keadialan!” Ungkap Pigai (13/10).

Artikel ini ditulis oleh:

Nurman Abdul Rahman