Area tambang terbuka PT Freeport di Timika, Papua. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.
Area tambang terbuka PT Freeport di Timika, Papua. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

Jakarta, Aktual.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mimneral (ESDM) Arifin Tasrif meminta agar PT Freeport Indonesia dapat mempercepat pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga semaksimal mungkin.

“Ya harus mempercepat penyelesaian smelter semaksimal mungkin, kan ‘spendingnya’ dengan (progres) 60 persen ini sudah cukup besar mungkin sudah 1,5 miliar (dolar AS) lebih dari targetnya yang 2,4 miliar dolar AS, artinya ada upaya untuk membangun, kan kalau tidak jadi dibangun artinya aset itu kan terbengkalai ya,” kata Arifin di lingkungan istana kepresidenan Jakarta pada Jumat (28/4).

Saat ini PT Freeport Indonesia diketahui tengah membangun “smelter tembaga baru di Manyar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2024.

Pemerintah Indonesia telah memverifikasi progres konstruksi smelter Manyar dengah hasil progres kemajuan smelter Manyar disebutkan telah melebihi 50 persen.

Padahal merujuk UU No 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), tiga tahun setelah beleid terbit pada 10 Juni 2020 artinya pada 10 Juni 2023 semua mineral mentah yang diekspor harus melalui proses peningkatan nilai tambah di Tanah Air. Pemerintah pun harus men-stop ekspor mineral mentah, termasuk tembaga.

“(Keputusannya) boleh (ekspor konsentrat tembaga), sampai progresnya komitmen dia untuk menyelesaikan (smelter) dan tidak boleh lebih dari pertengahan tahun depan,” tambah Arifin.

Selain PT Freeport Indonesia, Arifin menyebut PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) juga dibolehkan mengekspor konsentrat tembaga.

“Di sana ada juga Amman, sama kok tembaga, tapi tadi kan progresnya sampai berapa dulu ? Nah ini akan ditinjau minggu depan. Untuk ‘copper’ cuma dua Amman dan Freeport,” ungkap Arifin.

Diketahui Freeport Indonesia dan AMNT sama-sama sedang membangun pabrik pengolahan konsentrat tembaga baru di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan menelan biaya investasi 982 juta dolar AS atau setara Rp14,7 triliun namun jadwal pembangunannya juga mundur dari jadwal karena pandemi COVID-19.

“Kalau konstruksi tidak jalan dampaknya bisa ke ribuan pekerja, kan di tambang ribuan juga. Kita harapkan kalau sudah ada komitmen harus ada keseriusan untuk selesaikan, karena ini nilai tambah semuanya buat kita. Baru sekarang ini usaha kita gol kan hilirisasi ini secara masif, memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin,” jelas Arifin.

Proyek smelter Manyar ditargetkan dapat mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra