Jakarta, Aktual.com – PT Freeport Indonesia masih mengalami banyak masalah, selain penolakan status baru menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari sebelumnya Kontrak Karya, juga yang terbaru mundurnya Dirut PTFI Chappy Hakim.
Kondisi itu membuktikan pengelolaan PTFI diinternalnya mulai goyah, ditambah lagi pengawasan dari Amerika Serikat pasca Donald Trump memimpin mulai melemah. Hal ini memicu munculnya tangan-tangan asing terutama dari China yang siap mengambil alih Freeport.
“Mereka lagi banyak masalah, mulai polemik perpanjangan KK, ketidakmampuan Freeport melaksanakan UU Minerba, gagalnya divestasi saham Freeport kepada pihak nasional, masalah relaksasi ekspor konsentrat, hingga mundurnya Chappy Hakim,” papar peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, saat dihubungi, Senin (20/2).
Kondisi ini telah memicu konflik, tak hanya dengan pemerintah Indonesia, tapi juga dengan kekuatan global yang tengah berebut sumber daya alam yang sangat penting itu. “Ini jadi pertarungan yang menghadapkan Amerika Serikat dan China di Indonesia,” ujarnya.
Apalagi memang, kata dia, pemerintah AS tengah menghadapi masalah internal, pertentangan berbagai kubu yang belum tuntas sejak hasil pilpres AS lalu, sehinggs kemampuan intervensi AS dalam mengamankan perusahaannya melemah.
Ditambah lagi, kebijakan Trump sendiri lebih berorientasi ke dalam negerinya menyebabkan perlindungannya kepada Freeport melemah.
“Muncul pertanyaan bagi publik, apakah Freeport akan berpindah tangan dari AS ke tangan China? Sebagaimana nasib saudara terdekatnya PT Newmont Nusa Tenggara yang telah lebih dulu jatuh ke tangan China melalui pinjaman china kepada taipan Indonesia,” papar dia.
Hal ini, menurutnya, tampak sangat mungkin terjadi melihat China dalam posisi siap menguasai Freeport, karena bisa jadi melalui tangan taipan-taipan Indonesia.
Apalagi kemudian, lanjut dia, tersebar kabar bahwa lingkaran penguasa Kementerian ESDM, Kementrian Kordinator Maritim, juga Kementrian BUMN, telah mengatur skenario untuk menyerahkan Freeport ke China.
“Jika ini benar terjadi, maka berakhir sudah dominasi perusahaan tambang AS di Indonesia, setelah sebelumnya perusahaan perusahaan tambang minyak AS siap meninggalkan Indonesia seiring kejatuhan harga minyak. Dan China menjadi pengusaha baru ekonomi Indonesia,” pungkasnya.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan