Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengatakan keterampilan berpikir kritis merupakan kunci siswa untuk menghadapi radikalisme.

“Keterampilan berpikir kritis merupakan kunci agar siswa tidak bisa lagi dicekoki oleh pemahaman intoleran dan radikal,” kata Heru di Jakarta, Senin (21/5).

Oleh karena itu, lanjut dia, sudah waktunya para guru menghadirkan pembelajaran kritis. Jika guru profesional dan berpikir kritis, pembelajaran akan menjadi menarik, dialogis, dinamis, dan argumentatif.

Guru, lanjut dia, harus meninggalkan pembelajaran satu arah. Suasana pembelajaran yang menarik harus mengedepankan argumen ketimbang sentimen, mengutamakan fakta ketimbang kabar bohong, dan tidak langsung menerima satu pendapat serta tentu terbiasa dengan adu argumentasi yang berbasis literasi.

“Selain itu, guru jangan lagi membawa pandangan politik pribadi ke depan siswa di kelas. Guru harus mampu memisahkan kepentingan pedagogis dengan preferensi politis dan ideologisnya,” katanya.

Apalagi, jika berhadapan dengan siswa di jenjang SMA/MA/SMK yang umumnya sudah punya hak pilih. Menurut dia, siswa harus berani mengkritisi jika ada guru yang melakukan praktik tersebut di depan kelas.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid