Jakarta, Aktual.com — Ekonom Indonesia, Fuad Bawazier melihat ekonomi Indonesia diambang krisis dahsyat akibat utang Indonesia terus membengkak. Hasil perhitungannya sebesar 76 persen pemasukan dari pajak hanya untuk membayar cicilan utang dan bunganya.

Dalam catatannya, pada bulan Januari 2016 ini penerimaan pajak, yang merupakan sumber utama APBN, hanya Rp62,2 triliun, sementara pada saat yang bersamaan, negara membayar cicilan utang dan bunganya sebesar Rp47,4 triliun.

“Kita jangan dilengahkan dengan dalih bahwa ratio utang terhadap PDB baru 36 persen, ingat APBN kita semakin sempoyongan membayar kewajiban utang, 76 persen pemasukan dari pajak hanya untuk membayar cicilan utang dan bunganya,” bebernya kepada Aktual.com di Jakarta, Jum’at (26/2).

Lebih lanjut dikatakan Mantan Menteri Keuangan ini, perhitungan pemerintah melakukan pembangunan infrastruktur dengan mengunakan dana pinjaman merupakan tindakan yang membahayakan negara.

“Ini jelas tidak sustainable dan amat membahayakan APBN dan bisa menimbulkan krisis dahsyat,” tegasnya.

Dia menyarankan pemerintah agar menggunakan selisih positif (surplus) keuntungan dari penjualan BBM didalam negeri, diperuntukkan khusus untuk pembangunan infrastruktur, sehingga pemerintah tidak pelu memperbesar utang negara.

“Mekanismenya relatip simpel yaitu Pertamina rutin menyetorkan surplus itu ke Kas Negara, yang penting ada kesepakatan Pemerintah dengan DPR,” sarannya.

Dia menyerukan agar bangsa Indonesia memikul sendiri biaya pembangunan infrastruktur Indonesia.

“Ayo kita pikul sendiri biaya pembangunan Indonesia. Berat sama di pikul dan ringan sama di jinjing,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka