Jakarta, Aktual.com — Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Fuad Bawazier, menilai jalannya pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla tidak akan berjalan mulus sampai akhir masa jabatannya. Ia memperkirakan demikian karena sejak awal sudah ada yang salah, Jokowi-JK tidak mempunyai kendaraan politik sendiri.
“Pak Jokowi dan Pak JK ini (sebenarnya) pasangan yang cukup nekat, sebab tidak punya kendaraan atau mobil atau perahu sendiri, tapi berani sewa perahu orang lain, berani maju. Ya orang yang minjemin mobil pasti minta bayar sewanya-lah, gimana sih,” tegas Fuad dalam diskusi ‘1 Tahun Kabinet Kerja, Hasilnya? Reshuffle Kedua, Siapa Yang Kena?’ di Jakarta, Rabu (4/11) malam.
Dalam hal perombakan kabinet kedua misalnya, mantan Menteri Keuangan ini mengibaratkan karena aksesoris mobil perlu terus diganti. Akan tetapi, penggantian aksesoris mobil ini harus tetap mendapatkan restu dari partai yang telah menyokong dan mendukungnya pada Pilpres 2014 lalu.
Paling tidak, Jokowi harus mengkonsultasikan rencana tersebut kepada pimpinan-pimpinan partai pendukungnya. Meski dalam bahasa yang klise, para pimpinan parpol pendukungnya membungkusnya dengan menyatakan perombakan kabinet sepenuhnya hak prerogratif Presiden Jokowi.
“Mobil yang dipinjam itu mau dirombak-rombak, mau diganti tempat duduknya ini itu, tentu saja harus ada ijin atau restu. Mobil itu yang punya tidak satu lagi. Ya paling tidak konsultasi, boleh tidak saya rubah tempat duduknya dan lain-lain,” jelas Fuad.
Selain kekuatan parpol pendukung, lanjut dia, ada hal lain yang turut bermain dalam lingkaran Istana. Mereka adalah para pengusaha atau kelompok tertentu yang sumbangsihnya besar pada masa Pilpres 2014.
“Proses (politik) sekarang ini mahal. Karena mahal maka harus cari uang, yang punya uang siapa? Yang punya uang pengusaha. Nah reshuffle itu sebenernya pembagian, seterusnnya (pemerintahan Jokowi) jalannya akan terseok-seok,” demikian Fuad.
Artikel ini ditulis oleh: