Jakarta, Aktual.com — Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dalam sepekan ini bukanlah karena faktor dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) oleh pemerintah. Namun yang terjadi adalah melemahnya dolar secara global karena pengumuman data ekonomi Amerika Serikat yang tidak sesuai ekpektasi The Fed.
Demikian disampaikan Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier kepada Aktual.com di Jakarta, Jumat (9/10).
“Makanya dana-dana USD yang sudah terlanjur pulang kampung, merantau lagi ke emerging markets termasuk Indonesia,” ujar Fuad.
Menurutnya lagi kondisi saat ini harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia sedang anjlok dan ada IPO menarik senilai Rp21 triliun dari perusahaan rokok Sampoerna yang dimiliki Phillips Morris (Amerika Serikat) sehingga investor memasukkan dolar untuk membeli saham-saham tersebut.
“Jika data ekonomi Amerika di November dan Desember ini membaik seperti biasanya di kuartal akhir tahun karena faktor perayaan Thanks Giving dan Libur Natal-Tahun Baru, situasi bisa berubah lagi, dolar perkasa kembali,” jelas Fiad.
Sehingga kata dia, Indonesia harus tetap waspada dan tidak perlu membusungkan dada karena Paket Kebijakan Ekonomi. “Karena yang terjadi sekarang ini benar-benar adalah masuknya USD ke pasar Indonesia akibat behavior ekonomi para pelaku pasar modal asing dengan hot money nya.”
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan