Jakarta, Aktual.com — Mantan Menteri Keuangan era Orde Baru, Fuad Bawazier kembali angkat bicara mengenai kondisi perekonomian Indonesia yang semakin memburuk di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini.
Menurut Fuad, nilai tukar atau kurs Rupiah terhadap USD atau valas ditentukan oleh faktor fundamental ekonomi dan faktor sentimen. Kedua faktor ini sedang melemah dan negatif sehingga Rupiah akan terus melemah meski Bank Indonesia (BI) sudah berupaya maksimal untuk menyelamatkan nilai tukar.
“Janganlah selalu berlindung pada alasan-alasan global. Fundamental ekonomi Indonesia memang lemah, tidak kuat seperti yang dikatakan Pemerintah. APBN defisit dengan ancaman penerimaan pajak tekor. Pertumbuhan ekonomi melemah diikuti PHK dimana-mana. Ekspor -Import melemah sehingga Neraca Perdaganan, Transaksi Berjalan dan Neraca Pembayaran cenderung defisit atai melemah,” ungkap Fuad di Jakarta, Selasa (25/8).
Ia menambahkan, ekonomi Indonesia juga terbukti belum kompetitif, hal itu bisa dilihat dari bunga bank yang tinggi, high cost economics, inflasi yang menghantui serta cadangan valas yang terbatas. Kinerja ekonomi yang buruk menyebabkan kinerja emiten perusahaan Go Publik pun buruk dan IHSG anjlok, dan seterusnya.
Sementara upaya yang dikatakan atau diijanjikan Pemerintah seperti dwelling time dipelabuhan, perampingan perizinan, perbaikan infrastrktur dan lainnya, pas umumnya belum juga efektif.
“Jadi jelas fundamental ekonomi lemah. Sedangkan faktor-faktor sentimen seperti kestabilan poltik, kredibilitas kabinet, berbagai gonjang ganjing di dalam negeri, ekspektasi pelaku pasar, ancaman naiknya bunga USD oleh The Fed dan lainnya, belum ada yang positif untuk penguatan Rupiah,” kata dia.
Ia melanjutkan, sedangkan langkah-langkah Pemerintah tidak atau kurang direspon pelaku pasar karena selain policy itu tidak signifikan, juga sudah kehilangan kepercayaan publik terhadap efektifitasnya. Dikatakannya, pelaku pasar sejati diyakini tetap akan menyimpan valasnya karena tidak mau ambil risiko ditambah ekspektasi yangg ada, kurs Rupiah akan terus melemah sampai ke level Rp15000.
“Tidak banyak yang bisa diharapkan untuk dongkrak pertumbuhan ekonomi maupun kurs sebab total APBN Indonesia relatif kecil teradap PDB, apalagi anggaran belanja modalnya yang relatip kecil. Jd kurang kuat mendongkrak ekonomi,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka