Jakarta, Aktual.com – Stok gabah petani hasil panen musim tanam (MT) gadu 2017 habis terjual keluar daerah, sehingga mengakibatkan melambungnya harga beras kwalitas medium di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) hingga 20 persen.
Pada saat musim panen MT lalu, rata-rata petani Abdya menjual hasil panenya kepada pedagang luar daerah, sehingga ketika memasuki MT rendengan 2017-2018, stok gabah pada petani habis.
“Pada saat panen padi lalu, petani Abdya tidak mau menyimpan gabah. Hampir rata-rata hasil produksi mereka dijual pada pedagang luar daerah. Apalagi, waktu itu sejumlah daerah di Provinsi Aceh mengalami gagal panen akibat musim kemarau,” ujar Ketua Persatuan Pengilingan Padi (Perpadi) Kabupaten Abdya, Darwis Nya’ha di Blangpidie, Rabu (17/1).
Darwis berkata, tidak sedikit gabah petani Abdya hasil panen MT gadu lalu dibeli oleh pedagang kemudian diangkut ke sejumlah daerah dalam Provinsi Aceh, seperti ke Lhokseumawe, Sigli, Banda Aceh, dan bahkan banyak juga dijual ke Medan, Sumatera Utara.
Sehingga, lanjut dia, saat ini tidak ada lagi gabah pada petani Abdya. Kalaupun ada hanya sebagian kecil yang disimpan oleh para pedagang. Makanya, harga beras yang dijual di pasaran saat ini mengalami kenaikkan, karena dipasok dari luar daerah.
“Pekan lalu, harga beras kwalitas medium di Kabupaten Abdya hanya sekitar Rp120 ribu/sak isi 15 kilogram. Kemudian naik menjadi Rp145 ribu, dan bahkan ada yang jual mencapai Rp150 ribu lebih atau sekitar Rp10 ribu/kilogram,” katanya.
Ketua Perpadi Abdya itu memprediksi, kedepan harga beras kwalitas medium di Kabupaten Abdya akan terus meningkat sampai memasuki musim panen padi rendengan yang baru siap ditanami petani.
“Jadi, meskipun pihak Perum Bulog Blangpidie, melakukan operasi pasar melalui mitra kerjanya, harga beras dipasaran tetap tinggi. Karena masyarakat tidak mau mengkonsumsi beras Bulog, sebab kwalitasnya rendah,” katanya.
Selain mutunya agak rendah, sambung dia, beras Bulog yang dipasarkan melalui pedagang dalam operasi pasar tersebut merupakan beras yang sudah lama tersimpan di Pulau Jawa kemudian dikirim ke Abdya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka