Jakarta, Aktual.com — Pemerintah Indonesia memilih strategi ofensif dalam pengambilan posisi pada kerja sama kemitraan ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa.
“Tadi Pak Menko (Darmin Nasution) menginstruksikan kita harus ofensif, jangan defensif dalam kemitraan CEPA ini,” kata Staf Khusus Menteri Perdagangan Iman Pambagyo di Gedung Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/3).
Inisiatif untuk mengambil posisi menyerang dalam kerja sama kemitraan tersebut, kata Iman, akan dimasukkan dalam dokumen yang berisi luang lingkup kerjasama (scoping paper) yang menjelaskan keinginan Indonesia dalam kerjasama itu.
Posisi ofensif itu, kata Iman, adalah amanat Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution yang menilai bahwa selama ini, setiap kali ada perjanjian kerja sama perdagangan bebas dengan negara lain, Indonesia selalu memakai strategi defensif, sehingga selalu tidak menguntungkan dalam implementasinya.
“Strategi ofensif yang dimaksud adalah dengan melakukan perundingan yang akan membawa keuntungan bagi Indonesia,” papar Iman.
Dengan begitu, lanjut dia, pemerintah tidak akan menerima syarat-syarat yang nantinya akan merugikan Indonesia dalam jangka panjang.
“Seperti halnya pembebasan bea masuk sebesar 95 persen pos tarif. Pemerintah menganggap, liberalisasi atas 95 persen pos tarif dapat memukul industri dalam negeri,” ujarnya.
Maka dari itu pemerintah terlebih dahulu akan mematangkan scoping paper yang akan menjadi benchmark dan bahan acuan untuk diajukan dalam perundingan menuju CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa.
“Tadi kita bahas, kalimat-kalimat mana saja yang bisa kita hilangkan, atau kita ganti dalam perjanjian tersebut, makanya tadi Pak Darmin meminta semua Kementerian dan Lembaga (K/L) memastikan scoping paper yang benar-benar dan itu nantinya akan menjadi rujukan dalam perjanjian tersebut,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan