Jakarta, Aktual.com – Dalam membangun Kilang Bontang, PT Pertamina (Persero) memutuskan akan menggandeng perusahaan minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dan perusahaan trading Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan trading arm Cosmo Energy Group (salah satu perusahaan pengolahan minyak Jepang).
“Nilai investasi proyek pembangunan kilang ini mencapai USD10 miliar atau sekitar Rp130 triliun. Kolaborasi ini diharapkan akan meningkatkan produksi minyak minimal 300 barel per hari,” ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, Ardhi N Mokomambang di Jakarta, ditulis Rabu (31/1).
Kilang minyak Bontang merupakan proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.
Konsorsium ini terpilih setelah proses seleksi calon mitra untuk proyek GRR Bontang. Proses pemilihan ini dilaksanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016. Proses seleksi dijalankan sejak Januari 2017 yang pada awalnya diikuti oleh sekitar 100 perusahaan pendaftar. Selanjutnya, setelah tahapan seleksi awal, project expose, hingga tahap Request for Information dan Workshop diperoleh 8 calon mitra potensial.
“Bentuk kerjasama dalam hal keuangan sepenuhnya dibiayai oleh konsorsium. Pertamina sama sekali tidak menyertakan permodalan dalam tahap awal ini. Namun, Pertamina mendapatkan 10 persen saham dari kajian awal,” jelasnya.
Keuntungan yang didapat antara lain, negara mendapat uang deposito selama Feasibility study dan FEED, selain itu konsorsium akan memastikan pasokan minyak mentah tercukupi. Pertamina dalam proyek ini memasok 20 persen minyak mentah dan tidak menjadi off taker, melainkan join pemasaran produk bersama konsorsium COI.
“Alasan memilih mitra tersebut antara lain OOG akan menyediakan pasokan minyak mentah. Sedangkan COI memiliki dukungan teknis dan pemasaran produk. Pemilihan ini mengalahkan delapan perusahaan yang lain untuk kilang bontang,” tambahnya.
Pembangunan kilang Bontang, akan menghasilkan produk utama berupa gasoline dan diesel. Pembangunan ini diperkirakan akan memberikan lapangan pekerjaan hingga lebih dari 20.000 orang saat proyek pembangunan, dan sekitar 1.600 orang saat kilang sudah beroperasi.
Setelah Pertamina memilih partner, tahapan selanjutnya yaitu penandatangan Frame Work Agreement yang dilanjutkan dengan Feasibility Study (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019, dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020. Ditargetkan kilang Bontang beroperasi pada 2025.
“Penyertaan saham 10 persen di kajian awal untuk memberikan kebebasan mitra bekerja secara optimal. Namun bukan tidak mungkin persentase saham akan meningkat setelah tahapan Feasibility Study,” jelasnya.
Saham sebesar 10 persen secara bisnis tidak mempunyai kekuatan dalam mengambil keputusan, namun di awal Pertamina mengklaim bisa membuat perjanjian terkait jual beli. Posisi 10 persen di tahap awal dilakukan untuk pengurangan risiko membengkaknya anggaran. Namun Pertamina tetap menjadikan proyek kilang Bontang menjadi prioritas
Produk utama dari kilang bontang adalah gasoline, avtur dan diesel. Alokasi domestik dan ekspor saat ini belum ditentukan. Pertamina masih melihat sejauh mana kilang beroperasi. Pertamina akan mempriotaskan produk gasoline dan avtur untuk domestik karena permintaan dalam negeri masih tumbuh. Namun untuk diesel, diperkirakan akan diekspor, tergantung RDMP nantinya.
Berdasarkan informasi dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), nilai investasi diperkirakan mencapai Rp197,58 triliun. Konstruksi direncanakan dimulai pada 2019 dan rencana operasi mulai 2023.
Informasi kemajuan proyek per Januari 2017, proyek Kilang Bontang mencapai 73,7 persen. Beberapa hal yang belum terlaksana secara penuh adalah pendanaan, akuisisi lahan dan penetepan lokasi proyek.
Laporan semester I 2017, KPPIP mengungkapkan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, akan menyediakan lahan seluas 300 ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang minyak dengan mekanisme pemanfaatan Barang Milik Negara menggunakan skema Kerja Sama Pemanfaatan.
Namun sebagian lahan yang diberikan untuk lokasi kilang tidak sesuai dengan RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang karena sebagian lahan tersebut saat ini diperuntukan konservasi hutan mangrove.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka