Jakarta, Aktual.com — PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) mengaku memberlakukan pemadaman listrik bergilir di Provinsi Riau akibat sejumlah pembangkit alami ganggunan termasuk jaringan interkoneksi.
Nasri, Humas PLN WRKR di Pekanbaru, Kamis (10/9), mengatakan, beberapa pembangkit di Sumatera mengalami gangguan termasuk di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng). Tapi gangguan pembangkit itu terjadi secara tidak merata.
“Beban kita tidak sanggup menanggung kelebihan sekitar 30 Mega Watt (MW) di sistim Riau, sehingga solusinya kami lakukan padam gilir. Kekurangan daya 30 MW itu terdiri dari Pekanbaru 20 MW, Dumai 8 MW, Taluk Kuantan (Kuantan Singingi 2 MW,” jelas dia.
Ia merinci, terdapat tiga pembangkit di Riau yang megalami gangguan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas (PLTMG) Balai Pungut di Bengkalis, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Teluk Lembu di Pekanbaru dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau Power di Pekanbaru.
Lalu terdapat empat pembangkit di provinsi tetangga yakni Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berbahan bakar Compressed Natural Gas (CNG) Sei Gelam di Jambi, PLTG Batang Hari di Jambi, Pembangki Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Agam di Sumatera Barat dan PLTU Teluk Sirih di Sumatera Barat.
Kondisi gangguan pada beberapa pembangkit listrik itu, lanjut Nasri, maka lima provinsi seperti Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tidak dapat dielakkan yang sudah dimulai sejak tanggal 2 September 2015.
“Kita baru dapat informasi bahwa PLTA Koto Panjang, Kampar di Riau kondisi saat ini mengkhawatirkan karena air pada waduk itu alami kekeringan,” katanya.
Pihaknya belum bisa memastikan sampai kapan pemadaman bergilir diberlakukan di Riau karena dipengaruhi oleh perubahan cuaca dari saat ini musim kemarau atau kering, menjadi musim hujan.
“Kami tidak dapat pastikan sampai kapan. Tapi perkiraan kami kalau sudah musim hujan turun, maka air di PLTA Koto Panjang bisa pulih. Saat ini air di waduk PLTA terus turun dan membuat daya pembangkit jadi kurang,” ucap Nasri.
Pemerintah Provinsi Riau sejak akhir tahun 2014 hingga kini berulang kali dorong pembangunan pembangkit listrik memanfaatkan lembah sawit oleh sawasta, demi mengatasi kekurangan pasokan energi listrik di daerah itu terutama saat beban puncak.
“Total kebutuhan listrik di Riau saat ini sekitar 592 MW. Kapasitas pembangkit terpasang cuma 315 MW atau kurang 277 MW, sedangkan elektrifikasi baru 61 persen dan pertumbuhan rata-rata sekitar 14 persen per tahun,” kata Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.
Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2013, di daerah itu tercatat 187 unit pabrik kelapa sawit yang tersebar pada daerah perdesaan dengan total kapasitas produksi CPO mencapai 7.520 ton per jam.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka