Jakarta, Aktual.co — Di acara bertajuk ‘Kenali dan Pahami Kelainan Genital Pada Anak Laki-laki’,  dr. Arry Rodjani, SpU (K)  Ahli Urologi dari RS Siloam ASRI,  mengatakan, kelainan genital pada anak laki-laki dapat menimbulkan dampak jangka panjang yaitu gangguan pada fungsi reproduksi, infertilitas dan psikologis.

Ia menjelaskan jika dampak pada gangguan fungsi reproduksi dan infertilitas biasanya terjadi pada kasus hipospadia. Sementara itu, dampak psikologis bisa terjadi karena bentuk dan ukuran yang tidak normal seperti pada kasus mikropenis, hipospadia, webbed penis dan buried penis. Jika terjadi demikian, anak akan menjadi malu karena tampak berbeda dengan teman sebayanya.

“Penatalaksanaan yang tepat pada gangguan kelainan genital ini harus dilakukan dengan memperhatikan tipe kelainan genital dan ketidaknormalan yang terjadi. Tindakan yang dilakukan pada Hipospadia harus memperhatikan faktor usia dan besarnya penis,” kata Dr. Arry Rodjani, ditemui di Hotel Arya Duta, kawasan Tugu Tani, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/5).

“Pada umumnya tindakan operasi Hipospadia baru dapat dilakukan pada usia 6 bulan sampai 1,5 tahun. Pada kasus mikropenis, sebelum dilakukan tindakan harus diperhatikan dimana letak kesalahannya. Apakah memang ukurannya yang kecil, faktor produksi hormon testosteron yang kecil atau karena faktor idiopatik (yang tidak diketahui penyebabnya). Terapi dapat dilakukan dengan pemberian hormon dalam bentuk suntik dan krim tidak perlu operasi,” sambungnya.

Dalam penjelasannya, dr. Arry Rodjani kembali menerangkan, terapi untuk kasus buried penis, hipospadia, webbed penis dan testis yang tidak turun harus dilakukan rekonstrusi melalui tindakan operasi.

“Pada kasus testis tidak turun, biasanya dokter tidak segera melakukan tindakan tetapi memantau perkembangan bayi selama 3 bulan pertama. Jika ada kemungkinan testis akan turun sendiri setelah tiga bulan pertama kelahiran karena hormon testosteron masih tinggi. Apabila selama 6 bulan sampai 1 tahun testis tidak turun maka harus dilakukan tindakan penurunan testis,” terangnya.

“Namun sebelum melakukan tindakan operasi, dokter harus menelusuri terlebih dahulu dimana letak testis tersembunyi, biasanya ada di lipat paha atau di dalam perut. Apabila letak testis ada di lipatan paha maka tindakan pencarian dapat dilakukan dengan meraba atau menggunakan USG. “

Sementara, apabila letak testis ada di dalam perut maka perlu bantuan Laparaskopi. Tindakan operasi dilakukan untuk mengejar ketertinggalan perkembangan testis selama 4 tahun kedepan. Kasus testis tidak turun yang tidak segera ditangani pada usia sebelum purpertas dapat menyebabkan infertilitas. Sementara itu, pada usia setelah pubertas dapat menyebabkan tumor atau kanker,” kata dr. Arry Rodjani menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: