Jakarta, Aktual.co — Sistem investasi di sektor peternakan dan perkebunan yang terintegrasi seperti dicanangkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memudahkan investor, mendapat tanggapan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Menurut Sekretaris Jenderal GAPKI, Joko Priyono sistem investasi terintegrasi seperti itu masih mengalami kendala di Indonesia

“Misalnya sawit dan sapi, problemnya ada di sapi itu sendiri. Added value sapi itu karena ada lahannya, sekarang lahan kita itu (sawit) saja berkurang,” ujar Joko di kantor GAPKI Jakarta, Jumat (30/1).

Lebih lanjut dikatakan Joko, jika ingin melakukan integrasi seperti itu, harus dipersiapkan dengan matang dari segi hulu. Seperti penambahan bibit hewan ternak dan pakan ternak.

“Australia itu mau bikin kaya gitu, dia buka lahan 400 juta hektar untuk grassing. Kita ini keliru, ngga bisa memanfaatkan peluang yang ada, memangnya cukup sapi makan daun sawit? Atau rumput liar di sawit?,” pungkasnya.

Untuk diketahui, program integrasi sapi tersebut akan menggabungkan pertanian, peternakan, dan kehutanan sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan, konservasi lingkungan, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Kepala BKPM, Franky Sibarani cukup optimistis investasi sapi dapat ditingkatkan karena potensinya masih sangat besar.

Data BKPM menunjukkan Proyek PMDN dan PMA yang telah memperoleh Izin Prinsip tapi belum terealisasi (pipeline projects) dalam periode 2010 hingga kuartal III 2014 nilainya cukup besar yaitu PMDN sebesar Rp17,5 triliun dan PMA sebesar USD4,1 miliar.

Selain itu, konsumsi perkapita daging dan susu masih relatif rendah dan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka