Petani memanen sawit di perkebunan milik PTPN VIII di Bogor, Jawa Barat, Minggu (09/9). Ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Indonesia diperkirakan meningkat dalam 3 bulan ini menyusul peningkatan pembelian dan pemangkasan pajak ekspor komoditas ini yang mendorong permintaan. Aktual/DOK

Jakarta, aktual.com – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan kinerja industri sawit nasional selama Agustus 2025 menunjukkan tren konsumsi domestik yang meningkat, sementara ekspor mengalami penurunan.

Dalam siaran pers yang diterima, GAPKI menyebut produksi crude palm oil (CPO) bulan Agustus 2025 mencapai 5.062 ribu ton, turun -1,00% dari bulan sebelumnya sebesar 5.113 ribu ton. Produksi palm kernel oil (PKO) juga turun menjadi 481 ribu ton dari 493 ribu ton.

“Secara YoY sampai dengan bulan Agustus, produksi CPO+PKO tahun 2025 mencapai 39.037 ribu ton atau naik sekitar 13,08% lebih tinggi dari produksi tahun 2024 sebesar 34.522 ribu ton,” tulis Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono dalam keterangan resminya, Selasa (28/10).

GAPKI mencatat total konsumsi dalam negeri mengalami peningkatan dari 2.034 ribu ton di bulan Juli menjadi 2.100 ribu ton pada bulan Agustus. Peningkatan terbesar terjadi pada konsumsi biodiesel yang naik menjadi 1.111 ribu ton atau 5,71% dari bulan sebelumnya sebesar 1.051 ribu ton.

Konsumsi pangan juga naik menjadi 806 ribu ton dari 798 ribu ton atau naik 1,00%, sedangkan konsumsi oleokimia turun -1,08% menjadi 183 ribu ton dari 185 ribu ton pada bulan sebelumnya.

Adapun total ekspor produk sawit pada bulan Agustus turun menjadi 3.473 ribu ton atau -1,81% dari ekspor bulan sebelumnya sebesar 3.537 ribu ton. Penurunan ekspor terbesar terjadi pada CPO yang turun menjadi 494 ribu ton dari 626 ribu ton (-21,09%), diikuti oleokimia yang turun menjadi 436 ribu ton dari 438 ribu ton (-0,46%).

Sementara itu, ekspor minyak sawit olahan meningkat menjadi 2.343 ribu ton dari 2.307 ribu ton (1,56%), dan ekspor olahan minyak inti sawit naik menjadi 199 ribu ton dari 164 ribu ton (21,34%).

“Penurunan ekspor pada bulan Agustus dari bulan sebelumnya antara lain India (-160 ribu ton), Bangladesh (-76 ribu ton), dan Pakistan (-48 ribu ton). Sedangkan kenaikan ekspor terjadi untuk tujuan Malaysia (103 ribu ton), China (101 ribu ton), Afrika (40 ribu ton), EU-27 (32 ribu ton), Rusia (6 ribu ton), dan USA (4 ribu ton),” katanya.

Meski volume ekspor turun, nilai ekspor produk sawit bulan Agustus justru mengalami kenaikan dari US$ 3,690 miliar di bulan Juli menjadi US$ 3,819 miliar pada bulan Agustus atau naik sebesar 3,50%. Secara tahunan, sampai dengan Agustus 2025, nilai ekspor mencapai US$ 24,785 miliar, lebih tinggi 42,88% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 17,347 miliar.

“Peningkatan nilai ekspor yang terjadi karena harga rata-rata Januari–Agustus tahun 2025 sebesar US$ 1.204/ton Cif Rotterdam yang lebih tinggi dari rata-rata Januari–Agustus tahun 2024 sebesar US$ 1.009/ton Cif Rotterdam,” ucapnya.

Dengan stok awal bulan Agustus sebesar 2.568 ribu ton, produksi CPO+PKO sebesar 5.542 ribu ton, konsumsi dalam negeri 2.100 ribu ton, dan ekspor 3.473 ribu ton, maka “stok di akhir Agustus turun menjadi 2.543 ribu ton.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain