Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memasukan Yuan ke dalam special drawing rights (SDR) atau aset cadangan internasional sebagai mata uang elite dunia, menyusul dolar AS, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Utang luar negeri dalam bentuk valuta asing berdenominasi yuan akan membanjiri pasar keuangan Indonesia di tahun ini. Seiring dengan banyaknya proyek infrastruktur yang mengandalkan bahan baku dari China, yuan akan terus diminati. Bank Indonesia pun tidak menampik itu, meski BI belum tahu pasti seberapa besar tren pinjaman yuan di tahun ini.

Direktur Departemen Surveillance Sistem Keuangan BI, Linda Maulidina, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (13/1) menegaskan, utang luar negeri dalam mata uang yuan dianggap sesuai kebutuhan korporasi di Indonesia. Apalagi memang jika utang itu dari lembaga China, porsi yuan itu pasti akan ada.

“Tidak masalah kan utang yuan? Toh yuan juga sudah masuk mata uang dunia. Dan termasuk ke dalam SDR,” tandas dia.

SDR adalah mata uang internasional yang diciptakan IMF untuk mengatasi kesulitan likuiditas internasional dan menjaga stabilitas kurs mata uang. Hingga kini, sejumlah mata uang yang termasuk dalam Special Drawing Rights (SDR) yakni, Dolar AS, Euro, Poundsterling Inggris, dan Yen Jepang. Sekarang ditambah yuan.

Ditanya apakah tren pinjaman daalam bentuk yuan tahun ini akan meningkat? Linda belum bisa memastikanm. “Wah saya harus cek dulu. Tapi memang kalau itu pinajamn dari China itu disarankan harus ada pinjaman bentuk yuannya. Maka pinjaman yuan bisa meningkat,” kata dia.

Meski begitu, kalau ditengok dari sisi untuk memenuhi permodalan perbankan, maka sebagian besar pinjaman itu dalam bentuk USD. Bahkan OJK juga melihat jika pinjaman itu sebagai dana usaha maka lebih dilihat ke dolar AS.

“Tapi bank sendiri pasti sudah tahu berapa hitung-hitungan untuk porsi pinjaman yuan tersebut,” tegas dia.

Pinjaman yuan untuk memenuhi kedatangan bahan baku dari China sebagai bahan dasar proyek pembangkit listrik diakui oleh Direktur BNI, Herry Sidharta. “Karena banyak proyek power plant yang dibangun dengan mendatangkan peralatan dari sana (China). Sehingga adanya dana itu sangat cocok,” kata Herry Sidharta, kemarin.

BNI tahun lalu mendapat kucuran oinjaman dati China Development Bank (CDB) sebanyak US$ 1 miliar, di mana 30 persennya ada porsi yuan. Bahkan kata dia, karena kebutuhan pembiayaan proyek infrastruktur masih tinggi, BNI tertarik untuk melakukan utangan lagi, salah satunya dalam bentuk yuan.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan