Presiden Suriah Bashar al-Assad menanggapinya dengan bersumpah untuk menghancurkan pasukan baru tersebut dan mengusir pasukan Amerika Serikat dari Suriah.
Sekutu kuat Suriah, Rusia, menyebut rencana tersebut untuk menghancurkan Suriah dan menempatkan sebagian darinya di bawah kendali Amerika Serikat. Turki menggambarkan kekuatan tersebut sebagai “tentara teror”.
“Rencana baru itu, yang disusun Amerika Serikat untuk Suriah, adalah pelanggaran hukum internasional dan sebuah rencana yang melawan kedaulatan dan keamanan Suriah dan wilayahnya,” kata Rouhani seperti dikutip media pemerintah dalam pertemuan dengan ketua parlemen Suriah Hammouda Youssef Sabbagh.
Sabbagh berada di Teheran untuk konferensi para ketua parlemen.
Iran mendukung Assad dalam perang sipil hampir tujuh tahun melawan pasukan pemberontak dan militan IS, mengirim senjata dan tentara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi mengatakan bahwa pasukan yang didukung Amerika Serikat yang direncanakan di Suriah akan “menumbuhkan api perang” dan meningkatkan ketegangan.
Pada 22 Desember 2017, Panglima Komando Sentral AS Jenderal Joseph votel mengumumkan mereka akan membentuk pasukan perbatasan di Suriah –yang ia katakan akan membantu mencegah kemunculan kembali ISIS.
Sebanyak 400 gerilyawan “yang dilatih oleh AS sebagai penjaga perbatasan” akan membentuk apa yang mereka namakan “Tentara Utara” di Suriah, demikian laporan media Turki.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby